33. Hallucination?

410 40 75
                                    

"Jadi, kita pulang sekarang?" tanya Bryce sambil menatap wajah Kayreen dari samping.

"Yep. Dan bantu aku mendapatkan dia kembali," pinta Kayreen dengan tatapan sendunya.

Oh, ini permintaan dari seseorang yang istimewa di hatinya dan kini telah bertransformasi menjadi seorang adik baginya.

Apakah Bryce kini menjadi seorang munafik dengan mengatakan bahwa dia sudah tidak mencintai Kayreen? Namun biarlah, Bryce sama sekali tak peduli. Ia hanya peduli dengan senyum manis yang kini berada di depan matanya.

"Anything for you, lil sister." Bryce menunduk lantas mengecup manis pipi Kayreen.

Ah, ini yang membuat Bryce mau menjadi munafik. Kini ia bisa dengan mudah melayangkan sebuah ciuman ke pipi Kayreen. Hanya pipi, ya sebatas itu.

Bila dengan membantu Kayreen kembali pada Justin akan membuat Kayreen senang, maka dengan sepenuh hati Bryce akan melakukannya.

"Thank you, Bryce."

Tanpa disangka-sangka, Kayreen memeluknya erat, menenggelamkan wajah mungilnya dalam dadanya. Membuat Bryce terkejut bukan main. Jantungnya bahkan berdetak tak keruan.

Apakah ini nyata? Kayreen memeluknya dalam keadaan bahagia? Nampaknya tak ada yang lebih baik selain pelukan Kayreen bagi Bryce.

"I love you," Kayreen memberi jeda, "Brother."

Ya, kakak. Hanya sebatas itu.

***

Setelah beberapa minggu menjalani liburan menyenangkan bersama kakak barunya, Kayreen kini dihadapkan dengan kenyataan baru bahwa ia telah menjadi senior yang amat senior di sekolah. Hanya menunggu waktu, maka ia akan pergi dari sekolah ini.

"Ready for it?" tanya Bryce yang kini sudah siap di balik kemudi.

"Never felt ready than this!" balas Kayreen girang.

Sesaat setelahnya, Bryce melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Kayreen yang berada di sampingnya sesekali bersenandung mengikuti musik yang kini terputar dari pengeras suara di mobil.

Bryce tersenyum dengan sesekali melirik Kayreen meski pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Tetaplah seperti ini, Reen, batin Bryce. Laki-laki bermata cokelat itu hanya mengharapkan agar Kayreen bahagia. Tak masalah bila kebahagiaannya bukan karenanya, asalkan Kayreen bahagia itu sudah cukup.

Terdengar melankolis, namun memang itu kenyataannya.

Bryce sebenarnya mengharapkan agar Kayreen kembali ke pelukannya seperti dua tahun yang lalu. Namun Bryce cukup tau dan paham bahwa apa yang dulu dilakukannya sudah lebih dari cukup untuk mengoyak kepercayaan Kayreen padanya. Sekuat apapun Bryce mencoba untuk memerbaiki semuanya, kata terlambat sudah lebih dulu menghadang.

Bila menjadi sandaran sesaat bisa membuat Kayreen kembali dekat dengannya, maka akan Bryce lakukan sesakit apapun.

***

"Memulai sesuatu yang baru itu tidak harus dengan mengubah diri sendiri. Kau bisa melakukannya dengan tetap menjadi dirimu sendiri yang lebih baik. Dan yang perlu kau lakukan adalah--"

"Sssst," Kayreen membekap mulut Bryce dengan sebelah tangannya, "Tak perlu menceramahi. Aku tau apa yang harus kulakukan. Lagipula, semuanya tak akan berubah setelah ini ... tak perlu khawatir."

Bryce melepas paksa tangan Kayreen, "Kau tak tahu ap--"

"Aku tahu. Kau hanya perlu mendungkungku, Bryce. Percayalah." Kayreen menatap Bryce penuh keyakinan, membuat Bryce akhirnya menghela napas pelan.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang