8. Nightmare

584 42 2
                                    

02.37 AM

Itulah waktu yang ditunjukkan oleh jam digital di atas nakas, disamping ranjang Kayreen. Kayreen bangkit dari posisi tidurnya, kemudian melangkah menuju toilet. Mencuci muka sebentar, Kayreen lalu keluar dan mencari keberadaan ransel miliknya. Ia memilih ransel yang berukuran cukup besar, agar dapat menampung lebih banyak barang. Dalam hening, Kayreen memasukkan beberapa barang yang ia kira ia butuhkan nanti.

Ya, Kayreen akan pergi dari rumah. Dan ia tak tahu sampai kapan. Mungkin, sampai ia tak lagi merasakan sakit ketika melihat Alex. Mengingat Alex, membuat Kayreen kembali mengusap kasar air matanya yang tanpa sadar telah meluncur bebas di pipinya. Sebenarnya Kayreen sudah lelah mengeluarkan cairan-cairan bening itu, namun rasa sakitnya telah mengalahkan rasa lelahnya.

Siapa yang tak merasa sakit, ketika kakakmu sendiri mengatakan kau seorang jalang? Tak terkecuali Kayreen. Ia sadar, ia telah melakukan sesuatu yang salah... dulu. Namun apakah ia tak berhak mendapatkan maaf? Apakah ia tak berkesempatan untuk mengubah dirinya sendiri?

Kayreen menghela napas samar ketika aktivitasnya memasukkan barang-barang ke ranselnya telah selesai. Berjalan menuju nakas, tangannya kemudian meraih handphone dan charger miliknya, lalu memasukkannya ke dalam saku kecil di sisi ranselnya. Kayreen kemudian berjalan keluar dari kamarnya dengan tak lupa membawa ranselnya. Kepalanya melongok ke sisi kanan dan kiri, memastikan tak ada seorangpun yang akan melihatnya. Walaupun Kayreen sendiri tahu, bahwa di rumah ini hanya ada dia dan Alex.

Kaki-kaki jenjang Kayreen melangkah menuruni tangga dengan hati-hati, memastikan ia tak akan melewati satupun anak tangga yang bisa saja membuatnya terpeleset. Kayreen menghembuskan napas lega saat ia berhasil sampai di pintu utama. Ia kemudian mendorongnya perlahan, setelah membukanya dengan kunci cadangan yang selalu Kayreen bawa.

Kayreen sedikit berlari saat ia sampai di depan gerbang rumahnya, menuju sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari posisinya sekarang. Setelah sampai di posisi mobil tadi, Kayreen memasuki mobil dari pintu disamping kemudi.

"Thanks, Justin."

Ya, Kayreen menghubungi Justin beberapa menit yang lalu untuk menjemputnya. Kayreen memang tak mengatakan apa alasannya untuk menjemput Kayreen, tetapi Kayreen mengatakan bahwa ia bersedia melakukan ide konyol Justin waktu itu dengan syarat Justin mau menjemputnya. Dan Justin melakukannya, menjemput Kayreen dengan mata yang masih sedikit mengantuk.

"Kita akan kemana?" tanya Justin setelah memberi sebuah anggukan, jawaban dari ucapan terima kasih Kayreen tadi.

Kayreen mengedikkan bahunya, "Aku tak tahu, mungkin... ke apartemenmu?"

Dan Kayreen melupakan satu hal. Kemana tujuannya setelah ini bila ia pergi dari rumah? Bagaimana bisa Kayreen melupakan hal yang sangat penting itu.

"Ke apartemenku? Kenapa?" tanya Justin lagi, dengan tatapan penuh selidik setelah melihat ransel Kayreen.

"Bolehkah aku menginap di apartemenmu? Mungkin, seminggu atau dua minggu...." pinta Kayreen lirih, merasa tak enak dengan Justin.

"Tapi kenapa?"

"Ka--"

Handphone Kayreen berbunyi saat ia akan mengatakan alasan kepergiannya pada Justin. Namun kemudian ia membelalakkan matanya saat mengetahui siapa yang menelponnya. Alex.

"Justin, ayo cepat jalankan mobilnya!" seru Kayreen panik.

"Tap--"

"Tak ada waktu untuk menjelaskan, cepat jalankan mobil ini!"

Justin mendengus kesal saat mendengar perintah Kayreen untuk yang kedua kalinya.

Selalu seperti itu, memerintah.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang