"Kiss me!"
Hening. Keheningan masih menyelimuti ketiga insan itu. Gloria dengan senyum liciknya masih setia menunggu dengan tangan yang masih meremas kuat luka di kaki Kayreen.
Justin membelalakkan matanya, menatap Gloria dengan tatapan jijik.
"Aku tak mau!"
"Awh!"
Justin langsung mengalihkan tatapannya pada Kayreen yang tiba-tiba memekik kesakitan. Licik. Gloria benar-benar licik dengan memanfaatkan keadaan.
"Cepat lakukan, atau Kayreen akan semakin banyak kehilangan darahnya." Gloria sepenuhnya benar. Tetes demi tetes darah terus keluar dari sela-sela cengkeraman tangan Gloria. Justin kemudian dengan cepat mendekati Gloria, memajukan wajahnya tepat pada wajah Gloria. Kayreen mengalihkan wajahnya, tak mau melihat sesuatu yang akan semakin menyakitinya.
Sebelum bibir Justin menyentuh bibir Gloria, Justin melirik Kayreen. Mengetahui Kayreen mengalihkan pandangannya, Justin tahu benar kalau Kayreen sebenarnya tak mau ia melakukan ini. Namun Justin tak memiliki pilihan lain. Segera Justin memajukan wajahnya, membuat Gloria melepas cengkeraman tangannya pada kaki Kayreen, beralih menangkup pipi Justin. Justin memejamkan matanya, berdoa supaya Kayreen tetap mengalihkan pandangannya. Gloria hendak melumat bibir Justin, saat kemudian secara tiba-tiba Justin mendorong tubuh Gloria dengan keras, membuat Gloria terjerembab di lantai.
"You, bitch!" desis Justin.
Justin segera meraih tubuh Kayreen, menyelipkan lengannya di belalang leher dan lutut Kayreen, lalu menggendong Kayreen, membawanya keluar dari rumah Gloria.
"Sweet lips," lirih Gloria dengan tangan menyentuh bibirnya sendiri. Namun sayang, Justin telah pergi membawa Kayreen, meninggalkan Gloria yang masih terduduk di atas lantai.
"Lihat saja nanti."
***
"Maafkan aku, Kay...." Justin menatap Kayreen dengan tatapan yang tak dapat diartikan, sedih, kesal, marah, seakan bercampur menjadi satu. Sedang tangannya tetap menyapukan tisu basah dengan hati-hati pada luka di kaki Kayreen. Sesekali Justin melirik Kayreen yang tampak meringis kesakitan. Setelah dirasa bersih, Justin mengambil plester di atas meja, kemudian menempelkannya di atas luka Kayreen dengan perlahan.
"Selesai." Justin tersenyum pada Kayreen. Kayreen membalas senyum Justin, kemudian tangannya meraih tisu basah yang baru. Kemudian menyapukannya pada wajah Justin, membersihkan noda darah yang menempel akibat Gloria tadi menempelkan tangannya di wajah Justin.
"Maaf," bisik Justin sambil menahan tangan Kayreen yang masih berusaha membersihkan wajahnya. Justin merasa bersalah karena tadi dia sudah mencium Gloria.
"Untuk apa? Kau tak bersalah, aku yang seharusnya meminta maaf." Kayreen kembali membersihkan wajah Justin, mengabaikan Justin lebih tepatnya.
"Aku tahu kau marah. Jangan seperti ini," geram Justin.
"Marah? Ya. Aku memang marah. Marah karena aku telah menjadi sahabat yang buruk. Marah karena telah merebutmu dari Gloria." Kayreen meletakkan tisu basah di tangannya, setelah memeriksa bahwa semua noda darah di wajah Justin telah hilang.
"Kay, please..., aku tak ingat siapa Gloria. Jadi itu bukan salahmu." Justin meraih tangan Kayreen, kemudian menempelkannya di pipinya.
"Tapi Gloria benar. Kau melupakan Gloria karena aku. Karena aku membuatmu--"
"Dengar. Kau tak bersalah. Bukan kau yang membuatku lupa pada Gloria. Karena aku memang benar-benar tak ingat Gloria siapa, sebelum ini. Kau bisa bayangkan? Bahkan kejadian dimana aku memberi Gloria lolipop itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Kau tak bersalah, Kay...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated (JB)
FanfictionHidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendiri yang menyebabkan kerumitan itu?