"Shit!"
Itulah kata yang pertama kali Justin keluarkan saat melihat keadaan gudang yang saat ini ia masuki. Kotor, kumuh, pengap, dan banyak hal lain yang membuat siapapun enggan memasukinya. Namun tidak dengan Justin.
Ia melangkahkan kakinya keluar gudang itu, menuju tempat dimana ia memarkirkan mobilnya. Membuka pintu mobilnya, tangan Justin kemudian meraih sebuah masker dan memakainya pada hidung dan mulutnya, untuk melindungi pernapasannya tentu saja.
Justin kemudian kembali memasuki gudang tadi. Matanya menangkap sebuah saklar lampu. Tangannya kemudian menekannya, yang seketika membuat gudang itu terang. Membuat Justin mengetahui sesuatu, gudang itu dibagi menjadi beberapa bagian, dengan papan besar sebagai penyekatnya.
Saat Justin melangkahkan kakinya, ia merasakan bahwa kakinya menginjak sesuatu, seperti sebuah kotak penyimpan berbentuk balok, dengan ukuran sebuah proyektor. Tangannya kemudian meraih balok itu dan mengetahui bahwa balok itu dikunci, bukan dengan kunci, namun kode.
Aha! Ini yang harus Justin pecahkan. Ia harus mengetahui apa kode yang bisa membuka kotak yang sedang berada di tangan kirinya itu. Justin kemudian membolak balik kotak itu, mencoba mencari sesuatu yang bisa menjadi clue agar ia mengetahui apa kode yang bisa membuka kotak itu.
Dengan kotak yang masih ada di genggamannya, Justin melangkahkan kakinya menyusuri gudang yang pengap itu. Matanya menelisik pada setiap benda yang kira-kira mencurigakan. Pandangannya kemudian terjatuh pada sebuah benda. Lebih tepatnya sebuah lukisan yang tampak lebih bersih daripada lukisan lain. Lukisan itu bergambar seorang wanita dengan wajah yang samar.
Justin menjentikkan jarinya, menyunggingkan senyum meremehkan.
Secepat ini?
Justin mengambil lukisan itu, kemudian tangannya mengusap setiap bagiannya, mencoba menemukan kode yang bisa membuka kotak yang sedang ada di tangan kirinya. Justin berdecak kesal saat tidak menemukan apapun pada bagian depan lukisan wanita berwajah samar itu. Ia kemudian membalik lukisan tadi, kemudian melakukan hal yang sama seperti saat meneliti bagian depan lukisan. Dan Justin kembali berdecak kesal karena hasilnya nihil, Justin tak menemukan kode apapun.
Justin meletakkan lukisan tadi di lantai, kemudian berjalan ke bagian lain gudang. Kemudian pandangannya tertuju pada sebuah almari penyimpanan di sudut gudang. Justin kemudian membukanya, dan lagi lagi ia tak menemukan apapun. Begitu pula dengan barang-barang yang Justin periksa, mulai dari meja yang hanya memiliki dua kaki, piala-piala kuno, guci-guci yang sudah berlubang, sampai lantai yang penuh dengan debu pun tak luput dari pemeriksaan Justin. Namun hasilnya sama, Justin malah mengotori tangannya dan membersihkan hampir keseluruhan gudang.
Justin berkacak pinggang setelah mengusap peluh di dahinya menggunakan punggung tangannya.
Ia kemudian mengedarkan pandangannya, lalu mendesah pelan. Justin tak percaya akan sesulit ini mencari kode yang Gloria buat. Justin menyesal tadi sudah meremehkan kemampuan Gloria.Apa aku dibohingi? Batin Justin berburuk sangka.
Namun tidak. Gloria tak akan berani membohonginya apalagi mempermainkannya. Ia hanya perlu sedikit lebih teliti dalam memeriksa barang-barang disini. Namun apa yang Justin lewatkan? Bahkan seluruh barang di gudang yang membuat pernapasannya sedikit terganggu sekarang ini.
Justin menyangga tangan kirinya ke dinding, seraya mengatur napasnya. Jarinya yang menempel pada dinding kemudian merasakan suatu keanehan. Justin menoleh, kemudian mengetahui bahwa ia menyentuh saklar yang tadi ia tekan saat akan menyalakan lampu gudang. Justin menggerakkan jemarinya, menelusuri saklar berwarna putih itu. Mata Justin membelalak saat mengetahui bahwa ada sesuatu pada saklar itu, lebih tepatnya ada beberapa angka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated (JB)
FanfictionHidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendiri yang menyebabkan kerumitan itu?