16. Mad

464 35 14
                                    

(Satu minggu kemudian)

Kayreen berjalan menuju kelasnya dengan wajah bahagia. Bahkan ia tidak tersenyum sedikitpun, namun setiap orang yang melihatnya pasti tau bahwa Kayreen sedang bahagia.

Disaat sedang melangkah pada belokan terakhir menuju kelasnya, Kayreen dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang langsung berjalan disisi kanannya.

"Morning, Babe,"

Kayreen tersenyum sekilas, kemudian menggantinya dengan deheman pelan dan tatapan acuh. Seperti inilah setiap harinya. Semenjak kejadian di toilet cafe seminggu yang lalu, Justin tidak segan-segan memanggil Kayreen dengan semaunya. Kadang Justin akan memanggilnya dengan sebutan honey, sunshine, moonshine, earthquake--saat Kayreen marah pada Justin karena menurut Kayreen, Justin menjengkelkan--, sweetbear--saat Kayreen makan sangat banyak--, dan masih banyak lagi.

Kayreen memang merasa keberatan dengan semua panggilan itu, namun apa yang bisa ia perbuat? Bahkan ia sendiri sebenarnya merasa senang saat Justin memanggilnya seperti itu. Bahkan terkadang, Kayreen sampai memerah saat Justin memanggilnya seperti itu di hadapan penggemar-penggemar Justin. Kayreen memang sempat marah karena ia menganggap Justin hanya memanfaatkannya, namun kemudian ia tersadar bahwa Justin melakukan itu karena Justin senang memilikinya.

Memiliki? Sejak kapan kata itu terdengar tidak begitu asing dalam kamus hidup Kayreen? Mungkin sejak..

"Hei!"

Kayreen berjenggit kaget. Ia bahkan sampai menghentikan langkahnya saat Justin memekik di depan wajahnya.

"Kau mengejutkanku, Justin!" Kayreen menepuk lengan Justin kuat sampai Justin mengaduh. Namun itu tak sebanding dengan apa yang ia rasakan tadi. Bagaimana kalau ia terkena serangan jantung? Baiklah, itu sangat berlebihan.

"Aku tak akan mengejutkanmu bila kau tidak melamun tadi," kata Justin membela diri. Justin menyamakan langkahnya dengan Kayreen.

Kayreen tak menanggapi perkataan Justin, ia tetap berjalan menuju bangkunya, lalu mendudukkan bokongnya dengan kesal. Ia lalu mengambil handphone dan earphone dari tasnya kemudian menyambungkan handphone dengan earphonenya dan memasangkan earphone pada telinganya.

Justin mendengus kesal, apakah aku salah lagi?

Justin duduk di samping Kayreen lalu menumpu pelipisnya dengan telapak tangannya sambil menatap wajah Kayreen lekat. Kayreen yang menyadari itu segera mengambil sebuah buku dan bergaya seperti sedang membaca, membuat Justin terkekeh geli melihatnya. Seperti bukan Kayreen saja.

Ah ya, Justin teringat sesuatu. Ia akan menemui Alex nanti. Namun sebelum itu, Justin ingin menanyakan sesuatu pada Kayreen. Bukan tak percaya pada Alex, namun bukankah sekarang ia telah menjadi kekasih Kayreen? Dan seharusnya Kayreen mau membagi segalanya pada Justin. Bukan saat senang saja, namun pada saat sedih. Dan Justin menganggap, menerima masa lalu Kayreen seburuk apapun itu sudah merupakan suatu keharusan.

Bukan maksud Justin untuk mengingatkan, namun sepertinya Kayreen belum menuntaskan semua masa lalunya, menurut Justin. Dan ia sebagai kekasihnya bermaksud membantu Kayreen untuk menyelesaikannya. Membuat Kayreen melupakan masa lalunya sepenuhnya, membuat luka-luka Kayreen mengering bahkan tak meninggalkan bekas.

"Kay,"

Kayreen menghentikan dramanya. Ia merasa panggilan Justin terdengar lembut namun juga serius. Ia kemudian meletakkan bukunya, lalu menatap Justin tepat pada matanya. Mata yang membuatnya merasakan kehangatan setiap harinya.

"Apa?"

Sahut Kayreen tak kalah lembut. Ah, Justin suka ini. Kayreen yang mudah sekali menghilangkan kekesalannya pada dirinya. Padahal baru tadi Kayreen terlihat sangat kesal, namun sekarang--hanya karena panggilan lembut darinya--Kayreen terlihat sangat cantik bahkan tanpa adanya senyum diwajahnya.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang