22. A Dinner?

401 49 66
                                    

"Sudahlah, tak apa Justin. Kita bisa melakukannya di lain waktu,"

Terdengar suara Kayreen dari seberang sana. Justin tengah menelpon Kayreen sekarang, untuk meminta maaf karena ia harus membatalkan makan malam yang seharusnya mereka lakukan malam ini sesuai usulan Justin beberapa hari yang lalu. Namun lihatlah sekarang, Justin sendirilah yang membatalkannya. Justin merasa sangat bersalah akan hal itu, namun apa yang bisa ia lakukan? Perintah ayahnya tak akan pernah bisa ia bantah.

"Benarkah?"

"Ya," jawab Kayreen lirih. Sebenarnya, ia merasa kecewa. Tentu saja. Namun ia hanya bisa memaklumi dan mengiyakan pembatalan dari Justin.

"Tap--"

"Justin?!"

Disaat Justin akan mengucap sesuatu, panggilan ayahnya membuatnya terhenti. Ia menjauhkan ponselnya dari telinganya sebentar.

"Ya, Dad. Sebentar lagi," balasnya cepat.

"Kay, maafkan aku tapi aku harus segera pergi."

"Ya--"

Tak menunggu Kayreen membalasnya, Justin terlebih dahulu memutuskan panggilan Kayreen.

Mengantongi ponselnya, Justin kemudian berlari kecil menuju depan rumahnya. Disana, Justin melihat ayahnya sudah berdiri di samping pintu mobil sebelah kanan dengan tangan bersidekap di depan dadanya.

"Seperti gadis saja,"

"What?"

"Nothing, cepat masuk,"

Justin mendengus kesal. Ia sebenarnya mendengar jelas apa yang ayahnya katakan. Apa-apaan ia dianggap seperti seorang gadis? Justin lama di dalam kamarnya bukan karena berdandan, tapi karena ia sedang menelpon Kayreen. Namun Justin tak ingin memperpanjang masalah, maka ia masuk ke dalam mobil dan mengemudikannya menuju sebuah restoran mahal yang sudah Jeremy pesan.

"Kau masuk dulu, nanti aku menyusul. Dad ada urusan sebentar," kata Jeremy setelah mereka berdua sampai di depan restoran.

"Tapi, Dad--"

"No but, Dad hanya akan pergi sebentar."

Setelahnya, Jeremy meninggalkan Justin. Justin hanya bisa mendesah pasrah lalu berjalan memasuki restoran. Seorang pelayan membimbingnya ke sebuah meja yang berada di samping jendela.

"Pesanan akan segera diantar setelah seseorang datang kesini, Mr. Bieber,"

Justin hanya mengangguk, menanggapi perkataan pelayan di depannya yang kemudian undur diri dari hadapannya. Justin mengangguk bukan tanpa alasan. Tapi karena dia kebingungan. Ia kebingungan karena ayahnya tak juga datang padahal tadi berkata hanya akan pergi sebentar dan kebingungan karena ia tak tahu siapa rekan kerja ayahnya yang akan makan malam dengannya dan ayahnya.

Bagaimana kalau rekan kerja ayahnya itu tiba-tiba datang? Apa yang harus Justin lakukan? Justin benar-benar tak paham dengan apa yang ayahnya lakukan.

Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, Justin kemudian menyadari sesuatu. Hanya ada dua kursi yang disediakan di meja ini. Lalu dimana rekan kerja ayahnya akan duduk nanti?

Justin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restoran, kemudian menyadari suatu hal. Ini adalah restoran mahal yang seperti sudah disewa, terlihat dari seluruh meja yang nampak kosong. Dan, jangan lupakan suasana romantis yang seperti sengaja disiapkan di ruangan ini.

Shit.

Justin sepertinya menyadari sesuatu, ia dijebak oleh ayahnya sendiri. Oh, bodohnya.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang