35. Obsession

391 40 75
                                    

Coba katakan, siapa yang tidak sakit ketika melihat kekasihnya mencium perempuan lain? Coba katakan, bagian hati yang mana yang tidak merasa tertusuk ketika sahabatmu sendiri tega mencium kekasihmu?

Namun sekali lagi Kayreen camkan, bahwa Justin bukan lagi kekasihnya. Dan sekali lagi Kayreen patenkan bahwa dirinya telah menyerahkan Justin untuk kebahagiaan Gloria. Lalu, bagian mana yang terlihat salah? Tidak ada. Memang tidak ada.
Namun bila dilihat dengan mata telanjang, maka Kayreenlah yang nampak tersakiti dan bodoh. Tentu saja. Dan sekalipun banyak orang di luar sana mencibir Gloria, tak akan mempan untuk gadis bertelinga tebal itu.

Dan lagi-lagi, Kayreen harus kembali memukul mundur dirinya untuk tidak lagi mendekati Justin. Bila diingat-ingat lagi, Gloria dulu sudah sering sekali memeringatinya untuk tidak mendekati atau bahkan menjalin hubungan dengan Justin. Dan sekarang apa yang Gloria ucapkan itu terjadi. Kini hanya menyisakan pedih dan penyesalan yang sama sekali tak mengubah apapun.

Hanya satu yang bisa Kayreen lakukan sekarang, memulai dari awal. Memulai dari awal dengan suasana yang baru, orang-orang yang baru, dan kehidupan yang baru. Cukup selama satu tahun berpura-pura. Lantas setelah dirinya bisa keluar dari sekolah ini, maka bebaslah Kayreen untuk kembali menghirup udara sedalam yang ia mau.

"Reen?"

Kayreen tersentak bahkan menjatuhkan sendok yang sedari tadi berada di genggaman tangannya.

"Y-ya?" ucapnya terbata-bata.

"Kenapa kau sering sekali melamun? Kumohon jangan pikirkan tentang kejadian itu. Ini sudah lebih dari satu minggu, dan kau masih saja memikirkannya," Bryce meletakkan sendoknya lantas memaku pandangannya pada Kayreen, "Apa kau mau pindah ke kelasku saja?"

Ya, kenapa tidak pindah kelas saja? Mungkin itu akan sedikit mengurangi tusukan setiap kali Kayreen melihat Justin bersama Gloria.

Namun kemudian Kayreen menepis pemikiran itu. Dengan pindah kelas, maka hal itu akan menunjukkan bahwa Kayreen terkalahkan oleh egonya sendiri. Dan Kayreen tak mau hal itu terjadi. Bila Justin ingin memeranginya dengan membuat hatinya merasakan perih, maka Kayreen akan membuat sendiri penghalang agar hatinya tak mampu lagi terjangkau oleh Justin dan kembali merasakan sakit.

Memang tak mudah, namun apa salahnya mencoba?

"Tidak. Aku bisa mengatasinya sendiri," tolak Kayreen kemudian.

"Mengatasi seperti apa yang kau maksud? Dengan kau setiap hari melamun dan hampir menangis, maka itu sudah menjadi tanda bahwa kau tidak--"

"Belum. Bukan tidak, tapi belum. Aku belum berhasil membuat benteng untukku sendiri, Bryce. Maka bantu aku untuk membuat benteng itu. Bantu aku untuk melupakan semuanya, lalu memulai lagi dari awal." Kayreen merasakan hangat pada tangannya. Dapat dilihat oleh kedua matanya, Bryce tengah menggenggam tangannya dengan lembut.

"Kau yakin?" Bryce bertanya dengan menatap lekat kedua mata Kayreen.

Kayreen mengangguk sekali dengan pasti, "Sangat yakin."

Bryce tersenyum miring, "Kita mulai beberapa hari lagi. Kau akan menjadi Kayreen yang baru. Kau akan memulai semuanya dari awal, tanpa terkecuali."

"Aku percaya padamu."

***

Satu minggu setelahnya....

"Hei, Gloria! Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu, Thomas! Pergilah!" Gloria mempercepat langkah kakinya. Namun mengingat Thomas seorang laki-laki, maka ia tak akan merasa kesulitan dengan hal itu.

"Tunggu, kau pasti belum mengerjakan tugas dari Mr. Brown, bukan?"

Gloria mengernyit sambil membuka tasnya dengan kasar. Ia heran bagaimana bisa Thomas mengetahuinya.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang