Pernah memiliki, maka pasti akan merasakan kehilangan. Pernah merasakan kebahagiaan, maka tak akan luput dari kesedihan.
Dan dari kedua fase itu, Justin tengah merasakan dua hal buruk yang seakan meremukkan batinnya. Kehilangan dan kesedihan. Tak pernah terpikirkan oleh Justin, bahwa merasakan kehilangan akan terasa sepedih ini.
Dulu. Ya, dulu, saat kehidupan Justin masih penuh dengan kegelapan dan kerumitan, dia sering meninggalkan gadis-gadis setelah mereka menumbuhkan perasaan untuk Justin. Dan dulu pula, Justin tidak pernah peduli dengan apa yang gadis-gadis itu rasakan. Justin hanya peduli tentang keasyikan dan keseruan saat melakukannya. Tak pernah terbesit sedikitpun bahwa kehilangan begitu berefek dalam kehidupan.
Dan sekarang, Justin merasakannya. Sekarang, laki-laki yang biasanya meninggalkan itu kini ditinggalkan. Justin yang biasa merasakan keseruan itu kini merasakan kepedihan. Bila ada yang bilang bahwa setiap perbuatan itu akan kembali kepada diri sendiri, maka Justin tidak dapat mengelak hal itu.
Masih terngiang dalam ingatan Justin, raut wajah Kayreen yang nampak biasa saja, bahkan setelah melihat kejadian di roof top tadi siang. Timbul pertanyaan-pertanyaan di dalam benaknya. Apakah Kayreen sudah tidak lagi mencintainya? Atau, apakah Kayreen sudah melupakannya? Dan yang lebih miris, apakah sebenarnya Kayreen memang tidak mencintainya sehingga dengan semudah itu Kayreen memutuskan hubungan mereka?
Justin mengusap wajahnya kasar. Merasa lelah dengan kehidupannya sendiri. Merasa pedih dengan apa yang kini terjadi padanya.
Sakit. Seberapa sakit Justin sekarang? Tak dapat terhitung. Bahkan Justin sendiri tak pernah memikirkan bahwa dia akan merasakan sesuatu yang bernama ditinggalkan.
Moon, Sun, Star. Ketiga pengibaratan itu terlintas di pikiran Justin. Justin yakin Sun itu adalah Kayreen. Moon itu dirinya. Dan Star ... Gloria? Benarkah? Tentu saja. Kenapa tak pernah terpikirkan oleh Justin?
Ya. Star itu adalah Gloria.
The Star wants the Moon.
Jadi, Gloria menginginkannya. Itu sudah pasti. Gloria sendiri yang mengatakan waktu itu. Dan sekarang, keinginan Gloria itu telah terwujud. Walaupun dengan paksaan, Justin bukanlah pecundang yang akan menghianati perkataannya sendiri. Justin telah mengatakan ia bersedia menjadi kekasih Gloria, maka akan menjadi seperti itu.
Ah, Justin tahu apa yang harus dilakukan. Ia akan memanfaatkan hari terakhir sekolah besuk dengan memutuskan Gloria dan membuat Kayreen kembali menjadi kekasihnya. Terlihat mudah, namun Justin tak tahu pasti akan menjadi seperti apa. Setidaknya sudah berusaha. Itu prinsipnya.
***
"Welcome to London," kata Kayreen lega. Dari balkon hotelnya, Kayreen menghirup udara dalam-dalam, lantas menghembuskannya perlahan. Ia menatap bangunan-bangunan menjulang di sekitarnya. Disinilah ia akan menjernihkan pikirannya selama yang ia mau.
Melangkahkan kakinya ke dalam, Kayreen kemudian merebahkan tubuhnya dengan sedikit keras di atas tempat tidur. Ingin menutup matanya, namun kemudian keinginannya itu tertunda saat merasakan ponselnya bergetar. Tangan Kayreen merogoh saku mantelnya, lantas membuka pesan yang masuk. Sebuah pesan gambar.
Dalam pesan gambar yang dikirim oleh Thomas itu, terlihat jelas Justin tengah dipeluk oleh seorang perempuan dari belakang. Justin yang tengah menundukkan wajahnya, membuat Kayreen meringis merasakan denyutan nyeri di dadanya.
Masih di roof top. Kayreen yakin akan hal itu. Dan pakaian yang digunakan Justin dan Gloria, sama seperti kemarin. Jadi selepas Kayreen pergi, Justin dan Gloria berpelukan? Ah, nampaknya teriakan Justin waktu itu benar. I'm your boy! Ya, setidaknya itu yang Kayreen dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated (JB)
FanfictionHidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendiri yang menyebabkan kerumitan itu?