"Kapan mereka sampai, Sayang?"
Bryce yang sedang mengancingkan kemejanya di depan cermin lantas menoleh, menatap ibunya yang tiba-tiba muncul dari pintu kamarnya.
"Kau sudah bertanya ke--delapan kalinya, Mom," Bryce melangkah mendekati ibunya, "Percayalah, Mom. Kau akan segera bertemu dengan sahabat-sahabatku."
"Tunggu, kau mengatakan kalau salah satu dari sahabatmu adalah mantan kekasihmu yang membuatmu sampai sekarang--"
"Mom..., please," sela Bryce saat Mrs. Richter kembali membahas sesuatu yang membuat Bryce kembali mengingat kesalahannya. Melepaskan Kayreen. Itu kesalahan terbesarnya. Dan ibunya tahu akan hal itu. Namun entah kenapa, Mrs. Richter seakan ingin membuat Bryce terus mengingat kesalahannya. Walaupun sebenarnya bukan itu tujuannya. Mrs. Richter hanya ingin membuat Bryce bangkit dan mencari sosok pengganti Kayreen.
Mrs. Richer memandang Bryce dengan lembut, "Baiklah, Sayang. Mom akan ke bawah dulu."
Bryce sedikit menunduk, membuat ibunya bisa mencapai keningnya untuk kemudian diciumnya lembut.
"Tampan."
***
Seseorang mungkin akan menganggap uang adalah hal mendasar dalam kehidupan. Dengan uang, seseorang bisa melakukan apapun yang ia mau.
Namun bagi Justin, dengan menjadikan uang untuk dihambur-hamburkan sama sekali bukan sifatnya. Sebab ia tahu betul, seberapa keras perjuangan ayahnya untuk mendapatkan sesuatu yang bernama uang. Memang ayahnya kerap kali mengabaikan Justin, tidak memedulikan pendidikan Justin, dan acap kali membuat Justin terbawa emosinya karena kurangnya perhatian ayahnya pada dirinya. Namun di balik itu semua, Justin amat tahu perjuangan ayahnya. Ditambah beberapa fakta yang terkuak belakangan ini, membuat Justin paham betapa beratnya menjadi seorang ayah.
Dan dengan menghamburkan uang hasil kerja keras ayahnya, itu termasuk melukai dirinya karena membuat perjuangan ayahnya sia-sia. Justin benci pada hal yang satu itu.
"Justin, maaf ...."
Untuk kesekian kalinya, Kayreen melontarkan kata maaf. Ia tahu ia bersalah karena kejadian satu hari yang lalu. Namun sungguh, Kayreen sebenarnya tak berniat untuk membuat Justin sampai harus membayar pesanan mereka. Kayreen tahu uang yang Justin keluarkan sangat banyak, dan itu karena makanan yang Gloria pesan.
Dan tanpa Kayreen duga, Justin marah sebesar ini karena hal itu.
"Jangan mengabaikanku, Justin.... Kumohon...," bujuk Kayreen lagi pada Justin. Namun Justin masih bungkam dengan pandangan lurus pada jalanan di depannya.
"Just--"
"Bisakah kau diam?!" sentak Justin yang seketika membuat Kayreen terdiam. Ia memang tahu bahwa Justin tengah marah karena keisengan Gloria, Bryce, Thomas, dan juga dirinya. Namun bisakah Justin tak menganggap serius masalah sepele seperti ini?
Kayreen memerbaiki posisi duduknya, mengalihkan pandangannya pada jalanan di sampingnya.
"Kau memang selalu membesar-besarkan masalah sepele," ucap Kayreen pelan. Bahkan mungkin sangat pelan. Namun keadaan mobil yang hening membuat gelombang suara itu merasuk ke pendengaran Justin, lantas membuat laki-laki itu menginjal pedal rem penuh emosi.
"Sepele?! Kau bilang semua itu sepele? Dengan membuatku membayar semua pesanan teman-teman konyolmu, lalu pergi begitu saja tanpa menyentuh semua makanan itu? Tak tahukan kau bahwa di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung kita? Tak sadarkah kau bahwa di luar sana banyak yang menangis karena tak bisa makan? Dan kita malah menghambur-hamburkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated (JB)
FanfictionHidup ini sangat rumit. Lalu, siapa yang akan kau salahkan dari kerumitan ini? Dan, bagaimana bila kau sendiri yang menyebabkan kerumitan itu?