24. Renung, Antara Cinta dan Iba

17.9K 873 5
                                    

...

Lili melihat ke arah layar ponsel yang sedang dia genggam. "Abis jawab salam, hp Mas Dika dimatiin sampe sekarang belum aktif."

"Padahal kan Lili mau chat sama Mas Dika."

"Ditelepon nggak bisa, diSMS nggak bisa, di chat nggak bisa, dilihat nggak nongol, dipanggil nggak nyahut, masih manusia apa bukan sih?"

"Hehehehe, kebanyakan baca komen netizen plus enam dua, kan, kan, jadi agak oleng otak Lili."

"Netijen mah selalu bener, Lili mah selalu salah, Mas Dika mah selalu cuek, untung Lili mah selalu happy hahahaha."

Lili tidur sambil melihat atap rumah. Rumah tua mereka tak memakai plafon, dia dapat melihat lubang-lubang kecil di seng rumah dari dalam rumah ke luar rumah. 

"Atap bocor yah …," desah Lili.

"Udah lama juga rumah ini, katanya dari Lili belum lahir, ah, udah lebih dari tujuh puluh tahun … kata Ayah, ini peninggalan kakek Ucu ... Ayah …." 

Suara gadis itu berubah serak.

Enam belas tahun yang lalu.

"Sekarang Lili sudah punya cita-cita," 

"Kemarin ibu Siti tanya, 'Apa cita-cita Lili?'" ujar Lili.

"Memangnya kamu sudah punya cita-cita?" tanya Wildan sebelum dia memasukan sendok bubur ke dalam mulutnya.

Lili mengangguk kuat, dengan semangat dia menjawab, "Meneruskan kisah cinta Rosalinda dengan menjadi istri masa depan dari Mas Dika!"

"Bsuk! Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Wildan terbatuk hebat. Bubur beras yang dia telan lompat kembali ke dalam piring.

"Loh, Abang makannya bagaimana?"Arfa berjalan cepat mengusap punggung suaminya.

"Lili, makan dulu, nanti baru cerita lagi. Kalau makan sambil cerita, nanti bisa tersedak seperti Ayah," ujar Arfa mengingatkan.

Lili mengangguk.

Setelah menuntaskan batuk hebat, Wildan melihat serius ke arah sang anak. Dengan menaikan dua jari jempol, Wildan tersenyum cerah hingga semua giginya terlihat, lalu berkata, "Cita-cita yang sangat mulai.  Ayah dukung! Mulai sekarang Lili harus belajar mengejar cita-cita Lili. Jadilah istri dari Dika!"

Mata Lili berubah biji love besar.

"Yes! Yes! Lili kejar cita-cita Lili!" Lili sangat antusias.

Wildan membalas tak kalah antusias. "Pepet teros, jangan kasih longgar!"

"Dempet terus, jangan kasih kendor!" balas Lili.

"Hantam terus, jangan kasih ampun!" seru Wildan.

"Pukul terus, jangan kasih hidup!" balas Lili.

"...."

Dua pasang mata ayah-anak itu saling melirik.

"Hahahahahahah!"

"Lanjutkan!" seru Wildan.

"Siap, laksanakan, Komandan!" sahut Lili.

Lah? 

Arfa melihat ayah dan anak itu saling berbalas seruan absurd. Beginilah keseruan di pagi hari di kala mereka sedang makan pagi.

Masa sekarang.

"Hahahaha." Lili tertawa geli.

Entah kenapa ingatan enam belas tahun yang lalu tiba-tiba melintas di ingatannya. Banyak kenangannya bersama sang ayah, namun kenangan tadi yang dia ingat malam ini. 

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang