64 Sequel Ibu Lili 24

1.2K 33 0
                                    

Dika sekarang dalam perjalanan pulang ke rumahnya dari tempat usaha. Dia belum mau membeli kendaraan pribadi yang baru, ataupun itu bekas, karena menurutnya, hal itu sama sekali bukan kebutuhan. Dia mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Toh jarak dari tempat usaha ke rumahnya tidak terlalu jauh

Di tangannya, ada bakso bakar yang di beli di depan kompleks rumahnya, melihat bakso bakar, Dika mengingat akan sang istri yang sangat suka makan bakso bakar dicampur dengan es atau minuman lain.

"Lili pasti senang aku bawakan bakso bakar, apalagi ada sirup yang dibawakan oleh Om Jefry tempo hari, pasti dia akan membuat es sirup dan mencampurkannya lagi, hahaha."

Dika tertawa geli mengingat kelakuan istrinya.

"Eh? tapi kok tumben aku nggak mual lagi yah pas ingat makanan yang dicampur Lili?" ujar Dika bingung. Dia melirik ke arah kantong yang berisi bakso bakar itu.

"Mungkin karena sudah terbiasa hirup minyak kayu putih jadi tidak ada rasa mual lagi," gumamnya.

Srek!

"Ah, jatuh! harus cepat!" Dika dengan cepat mengambil tas plastik yang berisi bakso bakar untuk sang istri. Tas itu entah mengapa tak ada angin atau hujan tiba-tiba terjatuh dari pegangan tangannya.

"Untung tidak jatuh ke dalam got," gumamnya.

Dika melap bagian kertas plastik warna bening itu dengan bajunya agar tidak ada debu atau kotoran yang menempel.

Sementara itu di rumah Hasyim.

Nilam yang hendak memasak untuk makan malam keluarganya keluar dari dapur dan berkata pada sang suami yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Pa, Lili kok nggak kelihatan yah? biasa kalau udah sore-sore duduk bareng Arfa, tapi ini pas Mama balik dari Arfa sore tadi, nggak nemu Lili," ujar Nilam.

"Mungkin lagi tidur, Ma. Kan frekuensi tidur Lili makin hari makin meningkat setelah hamil," balas Hasyim yang terdengar masuk akal.

Nilam mengangguk.
"Kalau gitu Mama mau naik ke atas dulu, mau bangunin Lili, pamali perempuan hamil tidur maghrib-maghrib," ujar Nilam.

Hasyim mengangguk.

Nilam berjalan naik tangga menuju ke kamar anak dan menantunya.

"Lili, sudah maghrib, jangan tidur lagi, bangun sayang, nanti setelah maghrib baru tidur lagi," ujar Nilam sambil membuka pintu kamar Lili dan Dika.

Namun, setelah masuk ke dalam kamar, dia tidak melihat sosok sang menantu yang tidur di kamar anak dan menantunya. Ranjang itu kosong, masih terlihat rapi. Nilam mengedarkan pandangannya di sekitar kamar itu, jendela kamar belum di tutup.

"Lili tidak ada," gumam Nilam.

"Apa dia ada di rumah Ara yah?" tebaknya.

Nilam melangkah mendekat ke arah jendela kamar dan menutup jendela dan kain jendela itu.

"Mungkin di rumah Ara," gumamnya.

"Eh? tapi tadi pas aku masuk nggak lihat Lili keluar rumah," ujarnya lagi.

Nilam kemudian keluar dari kamar anaknya setelah menyalakan lampu kamar dan lampu lantai atas.

Tak berapa lama, Dika sampai ke rumah.

"Assalamualaikum," salam Dika.

"Waalaikumsalam," jawab Hasyim.

Sedetik setelah Hasyim menjawab salam dari sang anak, ponsel Hasyim berbunyi dan dia melihat siapa yang menelepon.
"Jefry telpon," gumamnya.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang