62 Sequel Ibu Lili 22

2.8K 46 12
                                    

Ke-keesokan harinya hari raya Idul Adha dirayakan. Lili tidak pergi melakukan shalat Idul Adha, sebab dia kesusahan rukuk karena perutnya yang besar. Jadilah hanya suami dan ayah mertuanya yang pergi shalat Idul Adha. Lili di rumah dengan ibu mertua menyiapkan hidangan hari raya. Arfa awalnya hendak membantu Nilam di dapur, namun Nilam menolak dan mengatakan bahwa Arfa pergi shalat Idul Adha saja,  alhasil Arfa juga pergi shalat.

"Sayang, ayo pergi mandi dan pakai baju baru yang Mama Nilam beli. Biarkan Mama Nilam yang urus bagian dapur. Tugas kamu yah hanya urus diri dan kecantikan saja," ujar Nilam.

Lili yang katanya membantu sang ibu mertua di dapur padahal kenyataannya hanya mencomot kue dan minuman yang ada itu mengangguk.
"Baik, Ma."

Setelah dia menghabiskan sirup, dia mengikuti perintah sang ibu mertua yaitu mandi dan berdandan. Nilam sendiri telah mandi dan berdandan sebelum suaminya pergi ke masjid.

Dua puluh menit kemudian Lili turun dengan memakai gamis baru berwarna pink dengan bahan kain sifon tebal. Baju Lili selalu cantik karena dibelikan oleh mertuanya. Nilam memang tidak memiliki uang hasil kerja, namun dia mendapatkan uang dari Lili yang menyerahkan semua uang bulanan belanjaan untuknya, belum lagi uang untuk Nilam sendiri. Lili dan Nilam adalah kombinasi pasangan menantu dan mertua yang pas, sangat pengertian dan baik hati serta tidak kikir apapun, baik kasih sayang maupun uang.

"Ma, gimana?" tanya Lili pada Nilam setelah dia memperlebar gamis yang dipakai.

Nilam tersenyum senang melihat sang menantu memakai gamis yang dia beli, apalagi melihat tonjolan di perut sang menantu, hati Nilam lebih senang.

"Wah cantiknya mantu, Mama," jawab Nilam sambil mengusap perut sang menantu namun malah makhluk hidup di dalam perut Lili bergerak.

"Ah! ya ampun, cucuku menendang!" Nilam malah heboh saat merasakan cucunya menendang di dalam perut sang menantu.

"Uh! Mama Nilam! kok sakit! eh? hiii geliii!" seru Lili.

Nilam tertawa senang.

"Aaakkhhh!" Nilam malah lebih berteriak lagi merasakan gerakan intens di perut sang menantu.

"Aaaaaahh!!" Lili malah ikut teriak.

Teriakan Lili dan Nilam malah membuat tiga orang yang baru pulang shalat Idhul Adha terkaget dan buru-buru mempercepat langkah kaki mereka ke dalam rumah. Dika malah berlari cepat memasuki dapur karena mendengar suara teriakan ibu dan istrinya.

"Aaaahh! ya ampun! ya Allah! cucu Nenek Nilam lagi tendang-tendang! eh Dika! anak kamu lagi salaman sama Mama!" seru Nilam kelewat senang.

Dika, "...." mengira sesuatu yang buruk terjadi, rupanya, eh? anaknya kenapa?

Lili menoleh ke arah Dika dan dua orang keluarga mereka yang telah sampai di dapur. Dia tersenyum dan berkata, "Mas Dika, anaknya Lili dan Mas Dika udah tendang-tendang kuat! hiii ini juga lagi tendang!"

Dika melirik ke arah perut sang istri dan melangkah mendekat untuk mengusap perut istrinya.

Ternyata benar, anak mereka menendang-nendang kuat dari dalam perut sang istri. Senyum senang bercampur hangar dari Dika tercetak.

Satu jam kemudian Jefry datang bertemu ke rumah Hasyim. Rumah Hasyim ramai karena ada Jefry yang datang.

....

Hari terus berlalu hingga perut Lili sekarang telah menginjak delapan bulan. Bulan ini adalah bulan September di mana perut Lili terlihat sangat buncit hingga tak lagi bisa melihat ujung kakinya jika berdiri dan berjalan karena ditutupi oleh perut yang seperti gunung.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang