78 Sequel Ibu Lil 38

149 13 1
                                    


Pada jam enam pagi waktu setempat, Arfa dan Jefry menikmati penerbangan mereka. Ini adalah kali kedua Arfa naik pesawat. Kali pertama dia naik pesawat ketika Dika dan keluarganya datang ke Ketapang untuk melamar Lili, lalu mereka kembali ke Surakarta dengan menggunakan pesawat komersil dengan harga promo yang cukup terjangkau karena masa pandemi dua tahun lalu. Itupun mereka duduk di kelas ekonomi, namun tidak banyak penumpang.

Kali ini Arfa bisa merasakan enaknya duduk di kursi kelas satu sambil bergandengan tangan bersama sang suami.

"Kamu mau lihat pemandangan di luar, Ra?" tanya Jefry.

Arfa mengangguk.
"Mau, Bang. Cuacanya cerah," jawab Arfa.

Jefry menunjuk ke arah kaca jendela pesawat, dia berkata, "Itu kota Solo, kita sudah meninggalkan kita Solo."

Arfa mengangguk.
"Rumah Lili tidak kelihatan yah."

Jefry terkekeh.

"Pemandangan dari atas,  cukup jauh, rumah mereka tidak kelihatan, tapi mungkin mereka melihat kita dari bawah karena sebelum naik pesawat, kamu sempat telpon," balas Jefry.

Arfa mengangguk.

....

"Dadah Papa Jef dan Ibu!" Lili menggendong sang anak sambil melambai ke arah pesawat terbang mana saja yang dilihat olehnya.

Wishaka ikut melambaikan tangan ke arah pesawat terbang itu.

Dika yang menemani sang istri di terus rumah hanya tersenyum. Biarkan saja sang istri melambai ke arah pesawat.

Setelah jam kemudian, matahari telah terbit. Lili melirik ke arah sang suami dan berkata, "Mas Dika, kira-kira Ibu dan Papa Jef sampai di Kuala Lumpur jam berapa yah?"

"Mungkin dua jam atau tiga jam penerbangan," jawab Dika.

Lili manggut-manggut mengerti. Dia menyerahkan sang anak dari gendongan ke arah suaminya, Dika mengambil alih anak mereka.

"Lili mau kasih makan ayam dulu. Eh, Mas Dika, ayamnya Lili tambah banyak. Itu aja udah seratus ekor, kandang di belakang rumah Lili kekecilan, mau buat kandang yang besar ah tapi masalahnya nanti bau kotoran ayam merajalela dan ke cium di hidung tetangga. Takutnya nganggu dan bikin nggak nyaman. Lili bingung mau bikin kandang ayam di mana lagi," ujar Lili sambil menunjuk ke arah kandang ayamnya yang dulu pernah dibuat oleh Jefry.

Dika melihat ke arah kandang ayam itu. Memang ayam istrinya sudah banyak. Seratus ekor bukanlah jumlah yang sedikit. Dia terlihat seperti berpikir.
"Nanti Mas pikirkan dulu mau buat kandangnya di mana," ujar Dika.

Lili mengangguk.

"Mas Dika, ayo masuk mau sarapan pagi, kan dikit lagi Mas Dika kerja," ujar Lili.

Dika mengangguk, dia masuk ke dalam rumah sementara Lili menyiapkan baju untuk Dika pergi ke tempat usaha mereka.

...

Beberapa jam kemudian.

Arfa terlihat lelah karena perjalanan internasional ini. Meskipun Malaysia dan Indonesia adalah negara tetangga yang berbatasan langsung dari daratan dan lautan, tapi tetap saja lama penerbangan dari Solo ke Malaysia itu jauh, belum lagi mereka dia harus bangun awal untuk ke bandara.

Jefry menarik sebuah koper yang berisikan pakaiannya bersama sang istri. Sesuai kesepakatan mereka, barang bawaan mereka tidaklah banyak, nanti keperluan yang lainnya beli saja di tempat bulan madu mereka.

Seorang pria muda berperawakan melayu buru-buru melangkah mendekat ke arah Jefry dan berkata, "Assalamualaikum, Mister dan Mrs, Nasution. Perkenalkan, saya Rahmat yang akan menjadi guide Anda."

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang