2. Pertemuan kembali

26.1K 1.2K 54
                                    

Februari 2020.

°°°

"Lili." Arfa memanggil pelan nama putrinya.

Lili Yana, gadis yang dulu kecil itu kini telah tumbuh dewasa menjadi gadis manis. "Ya?" Lili memandangi foto yang berada di bingkai 10R, itu adalah foto wisudanya pada bulan Oktober tahun lalu. Senyumnya merekah ketika dia mengingat bahwa dia telah lulus dari kuliah, empat tahun dia tempuh jatuh bangun dengan otak pas-pasannya. Dosen pembimbing memberinya nilai kasihan karena tahu dari kecil Lili telah yatim, mereka tak sampai hati memutar-mutar Lili bagai anak ayam yang tak tahu arah jalan pulang.

"Ibu mau bicara sesuatu denganmu," ujar Arfa mencari perhatian sang anak.

Lili menoleh dan memperhatikan ibunya. Dia memberi perhatian pada sang ibu.

"Sudah dua belas tahun kita di sini. Apa kamu tidak ingin pergi ke Solo?" tanya Arfa. Wanita yang telah menjanda selama 12 tahun itu gugup mengatakan maksudnya secara langsung pada sang anak. Dia merindukan sang suami. Sudah 12 tahun tak pulang ke kampung halaman suaminya, sudah 12 tahun pula dia tak mengunjungi makam sang suami. Apakah dia masih dikatakan istri yang berbakti? Pikir Arfa..

Wajah Lili yang ceria berubah diam. Solo. Nama itu sudah hampir tidak dia dengar lagi 12 tahun terakhir sejak dia dan ibu kembali ke kampung halaman ibunya. Lili terlihat berpikir. Di sana ada makam sang ayah yang dia rindukan, dia belum pergi mengunjugi makan ayahnya sudah sangat lama. Bagaimana kabar makam itu? Apakah banyak rerumputan?

Lili mendongak ke arah Arfa, "Lili rindu Ayah," ujar gadis itu.

Senyum menghiasi bibir Arfa.

"Bu, ayo jenguk Ayah."

Wanita 44 tahun itu mengangguk kuat. Akhirnya mereka akan kembali ke kota Solo.

Arfa berdiri dari duduknya dengan penuh semangat, "Kalau gitu Ibu siapkan pakaian untuk berangkat ke Solo, dua tas pakaian, yah?"

Lili mengangguk, sang ibu sungguh bersemangat. Dia tahu, meskipun sang ibu tak pernah mengatakan bahwa dia merindukan suaminya, namun dari tatapan mata rindu sang ibu pada foto lama sang ayah sudah menjawab pertanyaan Lili dalam benaknya. Bukan hanya sang ibu saja yang merindukan ayahnya, namun dia juga. Sangat rindu.

Arfa bergegas ke kamar untuk melipat pakaian yang akan dia bawa ke Solo. Dia bergerak cepat karena dia sudah tahu ada kapal terakhir dari pelabuhan Suka Bangun-Kalimantan Barat ke pelabuhan Ketapang di Banyuwangi-Jawa Timur. 

Lili melihat kain pintu yang terpasang di kamar ibunya, sang ibu terlihat sibuk. 

Ayah, Lili akan jenguk Ayah. 

Sorenya Arfa pergi ke tempat pembelian tiket untuk membeli dua tiket kapal menuju ke pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Naik pesawat terlalu mahal, kalau ada yang murah kenapa harus mahal? Toh sama saja Surakarta tak akan lari dari pulau Jawa.

"Ini tiketmu, harganya lumayan murah kata agen penjual tiket." Arfa memberikan sebuah tiket kapal ke arah Lili.

"Kapan jadwal berangkatnya, Bu?" Lili melihat isi tiket.

"Besok pagi jam tujuh kita harus sudah ada di pelabuhan, jam sembilan atau jam sepuluh sudah berangkat. Jangan sampai terlambat, kapal ini adalah kapal terakhir ke pulau Jawa untuk bulan ini, kabar yang Ibu dengar, belum tentu ada keberangkatan lagi."

"Oh, bagitu. Jadwalnya cepat juga."

"Ayo masuk, Ibu mau beres-beres rumah sebelum berangkat, supaya rumah bersih saat kita pergi." Arfa memasuki rumah, tangannya langsung mengambil sapu. Sedangkan Lili memandangi rumahnya. Di rumah yang akan dia tinggalkan itu ada kenangan kecil bersama sang ayah, namun sayang kenangan itu sudah samar-samar. Dia bahkan sudah hampir lupa kenangan apa saja yang dia lalui dengan sang ayah di rumah ini. Lili berjalan mengelilingi rumah itu, atap seng, batako bahkan dindingnya tak diplester. 

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang