21. Mengejutkan

17.4K 882 9
                                    

...

Hasyim duduk termenung di ruang kerjanya, Jefri sudah pulang dari setengah jam yang lalu. Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Jefri sangat mengejutkan dia.

Hasyim berpikir bahwa sang teman datang untuk memberi bantuan cuma-cuma alias gratis, namun sayang sekali, dia harus menepis pikirannya itu. Benar kata pepatah.

'Tidak ada makan siang yang gratis.'

Tiga puluh menit yang lalu.

"Sisa satu milyar bisa kau ambil setelah, tapi dengan satu syarat," lanjut Jefri.

Wajah Hasyim terlihat cerah dan penuh rasa syukur, "Syarat apa itu, Jef?"

"Dika harus menikahi putriku."

Hasy terbeo. Dia diam untuk beberapa detik. Meskipun dia tahu apa maksud dari Jefri, namun dia membutuhkan waktu untuk mencerna ucapan Jefri.

"Maksudmu?"

"Kamu tahu apa yang aku maksud, Syim," ujar Jefri.

Jefri duduk bersandar di kursi lalu melipat kedua tangannya, dia melihat sambil tersenyum tipis pada Hasyim.

"Aku ingin Dika menikah dengan Putri, apa aku kurang jelas?"

"Jef, aku pikir ini harus dibicarakan dulu dengan dua anak kita-"

"Ingat tanggal jatuh tempo utangmu," potong Jefri.

Mau tak mau Hasyim menelan kembali kalimatnya. Jefri menyerang tepat sasaran tanpa meleset.

"Dua milyar bukan angka besar untukku,  hanya hentikan jari kelingking, dua milyar itu ada di hadapanmu dalam sekejab, hutangmu pada Bank akan lunas. Kau pasti berhutang di bank, benar kan?"

Hasyim diam, tak perlu menanggapi Jefri, toh Hasyim sudah tahu bahwa sang teman ini juga sudah tahu, sebab Jefri juga adalah seorang pengusaha.

Hasyim terlihat berpikir untuk beberapa lama.

"Putrimu, apa tanggapan dia?"

"Tentu dan ini hal baik," jawab Jefri.

Wajah Hasyim terlihat serba susah. Sebab, ini menikah. Dan yang menikah ini adalah anaknya. Masa depan sang anak. Dia tidak bisa langsung memutuskan, sebab ini menyangkut pilihan dan masa depan sang anak.

"Aku akan bicarakan ini dengan Dika," ujar Hasyim pada akhirnya.

Jefri menaikan sebelah alisnya, dia mengangguk. "Jangan lama."

"Baik."

Jefri berjalan keluar dari ruang kerja Hasyim. 

Sepeninggal Jefri, Hasyim termenung.

Ini berat. 

Sekarang.

"Pa." Nilam memanggil-manggil sang suami yang termenung.

"Papa."

"Pa."

Nilam menyentuh bahu sang suami.

"Papa."

"Astagfirullah." Hasyim terkaget.

"Ada apa? Mama manggil-manggil tapi Papa nggak nyahut," tanya Nilam khawatir.

"Ada masalah lagi? Apa pihak bank menelepon?" 

Hasyim menggeleng. "Tidak."

"Lalu apa, Pa?"

Hasyim mengusap susah wajahnya, dia menarik dan menghembuskan napas susah.

"Hanya masalah kecil-"

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang