48 Sequel Ibu Lili 8

17K 837 5
                                    

Hari itu juga setelah Arfa menghubungi Jefry dan mengatakan bahwa pesanannya telah selesai dibuat, sorenya Jefry mendatangi rumah Arfa. Di tangan pria paruh baya itu ada sebuah tas kresek putih.

Langkah kaki Jefry mendekat ke rumah Arfa. Sementara itu Arfa sendiri memutuskan untuk menghentikan rajutan dan akan melanjutkan lagi besok. Dua tangannya butuh istirahat. Sekarang dia terlihat sedang membereskan barang-barang.

"Assalamualaikum," salam Jefry.

Arfa mendongak ke arah Jefry yang berdiri di luar teras rumahnya.
"Waalaikumsalam," jawab Arfa.

Dia melirik ke arah dalam rumah dan berkata, "Sebentar, saya ambilkan pesanan Anda."

Jefry mengangguk.

Arfa berjalan masuk ke pintu rumahnya dan mengambil kotak yang tempo hari diberikan oleh Jefry untuk merajut sweater dan topinya.

"Ini pesanan Anda. Coba lihat dulu, apakah pola rajutannya sesuai dengan keinginan Anda ataukah tidak?" ujar Arfa sambil memberikan kotak berisi sweater dan topi rajut.

Jefry memberikan tas kresek.
"Ini untukmu."

Arfa melirik tas kresek itu.
"Saya ... tidak memesan apapun-"

"Sebagai sopan santunku. Aku yang ingin beli untukmu, ini hanya kue bukan barang mahal," potong Jefry cepat. Dia mengantisipasi jika Arfa akan menolak lagi.

Karena pemberian itu adalah niat baik, pada akhirnya Arfa menerima tas kresek itu.
"Terima kasih," ujar Arfa.

Jefry menahan senyum senang dan mengangguk.
"Ya, sama-sama," balasnya.

"Itu kue basah dan kering, kalau kamu suka, aku bisa membelikannya untukmu lagi," ujar Jefry.

Arfa menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu. Saya tidak terbiasa makan makanan manis."

"Ah, ada rasa asin dan varian yang lainnya, lain kali aku akan membawanya untukmu," balas Jefry tak ingin mengalah.

Arfa melirik ke arah wajah Jefry. Entah harus bagaimana lagi dia menjelaskan bahwa dia tidak ingin dibawa atau dibelikan barang apapun, baik itu kue atau sejenisnya. Namun, orang tua di depannya ini sama sekali tidak mendengarkannya dan tetap keukeh ingin membelikan kue untuknya.

"Um, aku lihat pesananku dulu." Jefry merasa bahwa Arfa akan menolaknya lagi, dia buru-buru mencari alasan agar Arfa tak lagi membahas mengenai dia tak ingin dibawakan kue.

Jefry membuka kota dan mengeluarkan sweater dan topi rajut dari kertas bening. Saat melihat bentuk rajutan topi, Jefry mengangguk puas, berikutnya dia melihat sweater hijau tua yang dipesannya. Pola rajutannya sang rapi dan bagus. Tidak pasaran, pantas saja banyak yang memesan rajutan pada Arfa. Karena setiap pesanan orang, Arfa akan membuat pola yang berbeda-beda, jadi terkesan hanya limited edition.

"Saya suka rajutan kamu," ujar Jefry sambil melirik ke arah Arfa. Dia tersenyum memperlihatkan senyuman kepuasan.

Arfa mengangguk.
"Syukurlah Anda suka," balas Arfa.

Jefry merogoh sebuah amplop putih di saku jas kantor dan memberikannya pada Arfa.
"Ini bayarannya."

Arfa melihat ketebalan amplop itu, dia hendak menggelengkan kepalanya namun suara Jefry terdengar.
"Ambil saja, sebagai penghargaan atas karya kamu yang bagus. Saya tidak pernah melihat pola rajutan ini sebelumnya, pasti sangat sudah dibuat. Saya tahu itu, lamanya waktu pengerjaan saja hampir dua bulan."

Jefry memasukkan amplop putih berisi uang itu ke tangan Arfa.

"Saya-"

"Terima saya," potong Jefry atas ucapan Arfa yang baru membuka mulutnya untuk menolak.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang