27. Membahas Pernikahan

17.1K 954 29
                                    

...

Saat mobil berhenti di depan rumah Dika, Dika membuka pintu jok kemudi lalu ke belakang membuka pintu jok belakang, Hasyim keluar dari mobil dirangkul oleh Nilambari.

Hari telah sore, Arfa yang berada di teras berjalan mendekat. "Mas Hasyim tidak apa-apa kan?"

Hasyim mengangguk, dia tak bisa menunjukan senyumnya pada istri dari mending sahabatnya.

"Syukurlah, aku tadi lihat kakak Nilam nangis, aku jadi takut." Wajah Arfa terlihat khawatir. Apalagi setelah dia tahu bahwa usaha Hasyim gulung tikar, dia merasa tak enak. Hasyim banyak beban yang harus dia pikul.

Nilam melihat ke arah Arfa, wajahnya sedih, matanya kembali memerah. Satu hari ini, banyak masalah yang dia hadapi.

"Bawa Mas Hasyim ke dalam, istirahat yang cukup," ujar Arfa.

Nilam mengangguk, dia merangkul sang suami memasuki rumah, sedangkan Dika baru saja memasukan mobil ke garasi. Mobil mereka belum terjual, jadi mereka memakainya untuk bepergian ke rumah sakit.

Setelah memakirkan mobil, Dika berjalan hendak masuk ke rumah, dia berhenti dan melirik ke arah Arfa yang sedang memandang sedih ke arahnya, namun ada senyum tipis yang dipaksakan muncul oleh Arfa.

"Bu Ara," sapa Dika, suaranya terdengar tidak seperti biasanya. 

Arfa mengangguk.

"Dika."

Dika melihat ke arah Arfa.

"Apapun keputusan kamu, Ibu Ara tidak bisa melarang atau memarahi kamu, itu hak kamu untuk memutuskan memilih siapa pendampingmu. Ibu Ara hanya bisa berdoa agar kamu sehat dan keluargamu. Maaf, Ibu Ara tidak bisa bantu apa-apa, hanya bisa mendoakan yang terbaik padamu," ujar Arfa.

Dika diam sesaat. Ibu Arfa, ibu dari Lili. Sangat baik dan lembut. Tak pernah menunjukan kemarahan kasar bila sedang marah, hanya menegur halus orang. 

"Jangan khawatir, nanti ibu akan bicarakan pada Lili, dia pasti mengerti." Arfa meyakinkan Dika.

Arfa berusaha untuk tersenyum, "Dia masih anak-anak bagi Ibu Ara, Ibu Ara bisa meyakinkan dia."

Dika hanya bisa mengangguk pelan.

"Ya sudah, kamu masuk, ibu Ara juga mau masuk." Ara berbalik berjalan masuk ke rumahnya.

Ara duduk di kursi ruang tamu kecil di rumahnya. Dia tidak tahu semua ini akan terjadi. Segalanya diluar kehendaknya. Manusia hanya bisa membuat rencana, tapi Tuhan yang menentukan.

Sang anak belum keluar dari kamar sore ini. Hari sudah mau malam, sepertinya sang anak masih betah di dalam kamar.

Sedangkan di dalam kamar, Lili tertidur. Lelah karena terisak dari siang. 

Di dalam kamar Dika, dia duduk bersandar di kepala ranjang. Dia hari ini lelah.

°°°

Malam telah tiba.

Nilam memasuki kamar membawa nampan. Ada bubur, telur dan sup ayam.

"Makan, Pa. Lalu minum obat yang dikasih dokter."

Hasyim yang duduk bersandar di kepala ranjang sambil merenung itu melihat ke arah nampan.

"Ayo." Nilam memberikan sendok ke tangan Hasyim.

"Sudah bawa sayur pada Arfa dan Lili?" tanya Hasyim, dia mulai menyendokan sup ayam ke dalam mulut.

"Setelah Papa makan, Mama akan bawa," jawab Nilam.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang