72 Sequel Ibu Lili 32

156 19 0
                                    


"Bang Wildan?" Arfa terlihat agak kaget saat melihat Wildan berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di depannya sambil tersenyum.

"Ara ...," panggil Wildan pelan. Wajah Wildan terlihat begitu rindu dan sayang pada istrinya ini, tatapan matanya terlihat lembut ketika menatap mata Arfa.

"Bang Wildan," balas Arfa, matanya agak memerah saat melihat orang terkasihnya yang telah lama pergi meninggalkannya ke pangkuan Ilahi. Betapa dia sangat merindukan pria ini selama belasan tahun siang dan malam. Kini, orang ini datang padanya.

Baju putih yang dipakai oleh Wildan terlihat sangat bersih dan bercahaya.

Wildan tersenyum penuh rasa sayang pada Arfa lalu dia berkata, "Berbahagialah, aku telah merestui kamu. Setidaknya aku lega karena ada yang menjagamu sampai tua nanti."

Mata Arfa berkaca-kaca, lalu air mata menetes turun.
"Bang Wildan ...."

Tangan Wildan terangkat dan ibu jari kanannya menghapus air mata yang jatuh di pipi Arfa.
"Jangan menangis ... maaf aku tidak bisa menemani kamu hingga tua, maaf karena aku tidak bisa melihat pernikahan anak kita, maaf karena aku tak bisa melihat cucu kita ... maaf karena aku tidak bisa melindungi kamu dari omongan dan hinaan kejam orang-orang."

Arfa terisak penuh kerinduan.
"Bang Wildan ...."

Tetesan air mata turun terus menerus seperti rintik hujan dari langit, namun Wildan masih tetap setia mengusap pipi itu agar aliran air mata di dua pipi Arfa hilang.

"Menikah denganku tidak membuat kamu senang, malah bertambah susah. Ara ... maafkan aku," ujar Wildan dengan nada penyesalan.

Arfa menggelengkan kuat kepalanya hingga air mata terus berjatuhan dari kelopak matanya.
"Tidak, Bang. Aku senang menikah denganmu. Aku tidak susah!" Arfa membantah ucapan Wildan.

Wildan tersenyum.
"Kamu selalu seperti ini, Ra. Meskipun hidup susah denganku, kamu tidak pernah mengeluh, justru tersenyum bahagia bersamaku."

"Ya, aku bahagia, Bang," balas Arfa.

Setelah mengusap pipi Arfa, telapak tangan Wildan mengarah ke arah kepala Arfa. Rupanya pria itu mengusap sayang kepala Arfa.
"Ra, terima kasih untuk kesetiaan kamu menjadi istriku. Terima kasih untuk menjadi ibu dari putri kita. Terima kasih karena kamu telah merawat Lili hingga besar."

Mata Wildan terlihat memerah dan berkaca-kaca, tak lama kemudian air matanya jatuh.

Arfa mengangguk dan dia menggenggam tangan Wildan.

Wildan tersenyum.
"Sampaikan salam rasa terima kasihku untuk pria yang akan menjagamu sampai tua nanti, Ara ... aku pergi."

Wildan mendekat ke arah Arfa dan mengecup kening Arfa.

Tubuh Wildan menghilang dikelilingi cahaya putih.

....

"Bang Wildan ...," ujar Arfa, matanya masih tertutup namun bibirnya tetap mengucapkan nama mendiang suami pertamanya.

Jefry yang melihat sang istri terisak dalam tidurnya itu hanya bisa diam sambil memandangi sang istri.

Dia berpikir sang istri sedang mengeluh sakit karena betapa rumit dan lelahnya dia dalam acara pernikahan mereka, namun saat dia mendengar baik-baik apa yang diucapkan oleh sang istri, Jefry diam dan tak bicara. Dia ingin membangunkan istrinya agar tak lagi menangis dalam tidur. Namun, seakan ada yang yang berbisik padanya bahwa biarkan saja istrinya tidur. Nama yang diucapkan oleh sang istri itu jujur saja membuat hati Jefry merasa agak cemburu. Namun, sebagai suami kedua yang bersanding dengan Arfa, Jefry memilih untuk diam dan tak bicara.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang