11. Kabar Lockdown

19.2K 980 9
                                    

"Mana nggak bisa ajak Dika ketemuan lagi." Kesal Putri.

Perempuan 26 tahun itu duduk kasar di kursi santai depan rumah.

"Pasti si Lili itu tiap hari jadi ekor Dika terus, dari aku lihat memang dia itu tergila-gila sama Dika. Untung saja Dika nggak terlihat ada rasa suka sama dia."

"Mau pisahkan mereka bagaimana? Mereka kan tetangga, huh!"

Jefri datang dari belakang Putri, "Ada apa?"

"Ah! Papa, buat Putri kaget aja." Putri mengusap dadanya.

Jefri tersenyum, dia melihat raut wajah kesal anaknya dari dalam rumah, mondar-mandir sambil bercakap sendiri, melihat ponsel setiap setengah menit, duduk, berdiri, melihat ponsel, bercakap, hal itu diulang-ulang oleh anaknya.

"Ada apa?" tanya Jefri, pria paruh baya 53 tahun itu memakai pakaian olahraga, berniat berjemur pagi sambil olahraga bersama sang anak, "kamu dari tadi mondar-mandir, lihat hp, ceria sendiri. Ada apa?"

Putri mencebik ke arah lain, sang ayah ternyata memperhatikan dia dari tadi.

"Hahaha!" Jefri tertawa geli, "bilang saja, "Papa tidak marah."

Putri melihat ke arah Jefri, "Pa, kapan aktivitas perkantoran jalan seperti semula?"

Jefri menaikan sebelah alisnya, "Belum ada pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah. Memangnya ada apa dengan aktivitas perkantoran?"

Putri memperbaiki cara duduk, dia melihat serius ke arah ayahnya, "Menurut Papa, efektif nggak staf atau karyawan Papa kerja dari rumah terus hanya laporan yang diberikan sebagai bukti bahwa mereka kerja?"

Jefri terlihat berpikir selama beberapa detik sebelum menjawab, "Kalau menurut Papa, kerja di rumah dan di kantor itu sebenarnya sama saja, karena memang seluruh pekerjaan kantor dibawa ke rumah. Mengenai efektif atau tidak dalam work from home ini, sejauh yang Papa lihat karyawan Papa semuanya rajin, mereka bahkan secara rutin melaporkan hasil kerja mereka. Lewat video converence untuk rapat Papa merasa ok-ok saja, malah yang Papa lihat mereka efektif. Mereka bisa membagi waktu secara fleksibel dalam hal pekerjaan, tidak seperti jam biasa yang harus kerja pagi hingga sore."

Putri mengembuskan napas kesal.

"Kenapa? Tidak suka kerja dari rumah?"

Putri dengan enggan mengangguk.

Jefri tersenyum, dia mengusap rambut anaknya, "Malah bagus kerja dari rumah, bisa mengurangi penyebaran virus Corona ini, apalagi kondisi kamu yang dari kecil sakit asma, sangat bagus malah, Papa bahkan mendukung imbauan dari presiden kita loh."

Putro terlihat merajuk, "Tapi nggak seru, Pa. Nggak asik. Putri nggak bisa ketemu dan ngobrol langsung sama teman-teman kerja Putri. Di rumah bosan terus."

Jefri diam sesaat, dia tersenyum geli ketika memahami perkataan dari anaknya. Tidak bertemu teman-teman kantor. Ah, mungkin putrinya inj khawatir karena sudah dua minggu ini tidak bertemu dengan Dika.

"Nanti kita lihat perkembangan penyebaran virus Corona ini ke depannya. Jika penularannya sedikit dan tak memakan korban, boleh lagi kembali kerja seperti biasa," ucap Jefri.

Putri tersenyum cerah, "Benar, Pa? Bisa kerja seperti biasa lagi?"

"Hu'um, bisa."

"Kapan?"

"Tunggu kabar dari pemerintah, lihat perkembangan kasus covid-19 di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta."

"Yah, kapan? Lama!"

"Hahaha!"

°°°

"Solo mau lockdown yah, Pa?" Nilam mengambil nasi untuk makan malam suaminya.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang