41. Sequel Ibu Lili 1

16.4K 778 15
                                    

Tiga bulan setelah Lili dan Dika menikah.

Jefry melihat rumah sederhana yang berada di depan mobilnya dari dalam kaca mobil depan, tempat menyetir.

Arfa terlihat sibuk menyulam beberapa sulaman topi dan yang lainnya. Melihat wajah Arfa, Jefry melirik ke arah kiri, di mana ada satu kotak sedang benang wol dan sutra pilihan kelas premium dan beberapa jarum hak untuk menyulam.

Tangan kiri Jefry meraih kotak itu dan dia keluar dari dalam mobil.

Nilam dan Lili yang sedang duduk menemani Arfa menyulam mendongak ke arah depan. Mereka mengenali orang yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Assalamualaikum," salam Jefry.

"Waalaikumsalam, Bang Jef," balas Nilam.

Nilam berdiri dari duduk, sementara itu Arfa mendongak ke arah Jefry, dia menghentikan kegiatan menyulam.

Jefry berkata pada Arfa sambil memajukan kotak yang berisi peralatan menyulam.
"Aku ingin meminta jasamu untuk menyulam beberapa topi dan sweater," ujar Jefry.

Bibir Arfa yang hendak menolak itu terhenti ketika Jefry berkata lagi, "Aku tidak pernah menggunakan pakaian yang terbuat dari wol atau bahan berbulu karena dulu almarhumah putriku memiliki riwayat penyakit asma. Jadi, aku ingin mencoba memakai baju sulaman tangan, selama yang aku lihat hanya kamu yang pandai menyulam pakaian indah."

Mendengar Jefry menyebut tentang putrinya yang telah meninggal, wajah Arfa terlihat agak sedih dan iba.
Dia mengangguk pelan.
"Kapan ingin diambil?" tanya Arfa.

Seulas senyum kecil muncul di bibir Jefry. Dia menjawab, "Semampu kamu. Kapan pun waktu yang kamu selesaikan, maka aku akan mengambilnya."

Arfa mengangguk mengerti. Dia berkata, "Aku harus selesaikan permintaan pelanggan yang lain karena mereka telah lebih dulu memberikan pesanan daripada Bapak."

Jefry mengangguk dan menyahut, "Tidak masalah. Santai saja aku tidak buru-buru untuk memakainya."

Arfa mengangguk mengerti.

Nilam melirik ke awah wajah Jefry. Bukannya dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Jefry, tapi tidak bisakah seseorang mendapatkan kesempatan kedua?

Nilam berharap yang terbaik bagi kedua belah pihak.

Lili memandang ke arah pria paruh bayah yang selalu bolak-balik rumahnya dengan alasan untuk mengajak sang ibu menikah, namun ibunya tetap pada pendirian awal, yaitu menolak. Mungkin sang ibu masih mencintai almarhum ayahnya jadi tidak ingin menikah lagi.

Arfa menerima kota yang berisi peralatan menyulam.
"Tidak perlu membawa jarum hak, punya saya sudah banyak," ujarnya.

"Aku pikir kamu membutuhkan lebih," balas Jefry. Dia senang Arfa mengajaknya bicara.

Arfa melihat ke arah Jefry.
"Apakah hanya ini saja pesanannya? membuat topi dan sweater?"

Jefry berusaha membahasi bibirnya dan menjawab, "Jika ada sisa benang, terserah padamu mau membuat apa untukku."

Arfa terdiam selama beberapa detik dan dia mengangguk.
"Baik."

Jefry terlihat senang. Dia tersenyum ke arah Arfa.
"Ada yang kamu butuhkan lagi?"

Arfa menggeleng pelan.
"Tidak ada, ini sudah lebih dari cukup."

"Em ... jika ada yang kamu butuhkan, segera beritahu aku. Ah, ini nomor teleponku," ujar Jefry. Dia cepat-cepat mengeluarkan kartu nama pribadi miliknya dan sisipkan ke dalam kotak sulam.

Arfa hanya mengangguk pelan.

"Em ... apakah kamu sudah makan?" tanya Jefry.

"Bapak Jefry, jika tidak ada keperluan lagi, saya ingin bekerja, tolong biarkan saya menyelesaikan pekerjaan saya," ujar Arfa tanpa menjawab pertanyaan Jefry.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang