31. Pulang Kampung

17.4K 876 35
                                    

...
Patah hati parah.

Itu yang dirasakan oleh Lili sekarang. Orang yang menolaknya dan orang yang menghinanya akan menikah. Lili berusaha agar tak mengeluarkan air mata. 

Jangan.

Jangan menangis lagi hari ini. Batin Lili menguatkan dirinya. 

Sudah cukup dia bersedih hingga beberapa hari ini. Jangan lagi bersedih. Mungkin benar apa kata sang ibu beberapa hari yang lalu, bahwa dia dan Dika tidak berjodoh.

Kalau jodoh pasti tidak akan kemana.

Lili sekarang mengerti arti peribahasa itu.

Namun, sayang sekali dia dan Dika tak jodoh.

Kalau tidak jodoh tidak perlu ditangisi. Ya, tidak perlu ditangisi.

"Nggak perlu ditangisi." Suara serak Lili terdengar. Dia berusaha agar tak menangis.

Arfa keluar dari dalam rumah.

"Ayo, Li. Ibu kemarin lupa taruh dompet dimana, padahal di bawah bantal tidur." Arfa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lili berusaha tersenyum ke arah sang ibu. "Untung saja Ibu ingat ada di bawah bantal, hehehe."

"Iya. Kalau tidak ingat, kita tidak bisa beli tiketnya," timpal Arfa sambil menggelengkan kepalanya.

"Ayo." Lili menggandeng tangan sang ibu lalu berjalan keluar rumah setelah Arfa mengunci pintu rumah.

Lili tidak memandang sedikitpun ke arah rumah Dika. Dia berusaha untuk tetap fokus pada jalan yang dia ambil.

Mereka menaiki angkot.

"Kita mau ke Surabaya dulu kan, Bu?" tanya Lili di dalam angkot.

Arfa mengangguk.

"Setelah beli tiket, kita akan ke Surabaya, di pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, ke Surabaya pakai kereta saja, perjalanan lebih aman, kalau pakai bus, Ibu agak takut, apalagi kan ini perjalanan antar provinsi," jawab Arfa.

Lili mengangguk mengerti. Berarti jalur perjalanan sama seperti yang dia dan ibunya datang dari Ketapang ke Surakarta.

"Tiket murah, ada promo. Senang sekali yah Bu. Di masa susah begini kita tidak kesusahan mencari tiket murah."

Arfa mengangguk.

"Ah, hari ini setelah beli tiket, kita tes rapid dulu, kan harus ada surat keterangan bahwa harus bebas covid-19 jika ingin bepergian, apalagi kan kita bepergian jauh."

"Ok, Bu," sahut Lili.

"Kamu tidak begadang kan, Li?" tanya Arfa.

Lili menggeleng, "Tidak. Bu. Dari Ibu bilang mau pulang ke Ketapang, Lili nggak begadang, takutnya nanti ada apa-apa."

"Nah, bagus." Arfa tersenyum.

Mereka telah sampai di tempat tujuan.

°°°

Sekarang Lili dan Arfa sedang mengantri untuk melakukan tes rapid.

"Bu, banyak yah yang mau tes rapid, Lili kira cuma kita sendiri saja," ujar Lili.

Arfa tersenyum geli. "Manusia kan bukan cuma kita saja, ada banyak. Mereka juga bepergian, mungkin keluar kota untuk dinas atau sebagainya," balas Arfa.

Lili manggut-manggut, pengetahuannya tentang dunia kerja dan sekitarnya masih kurang.

Setelah ibu dan anak itu menunggu selama satu jam, belum juga giliran mereka. Di saat mereka masih bersabar menunggu, mata Lili melihat ke arah seorang pria paruh baya yang lewat dengan santainya ke ruang pemeriksaan.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang