59 Sequel Ibu Lili 19

4.4K 88 30
                                    

Lili melihat dua ekor ayam yang sedang diikat di tiang tempat cuci piring di belakang rumahnya.

Ternyata suaminya telah membeli ayam di pria bernama Jarwo. Jarwo adalah keponakan dari Pak Sujan yang menjual ayam. Pak Sujan sendiri telah pulang kampung dua minggu sebelum lebaran, kata Jarwo pada Dika, sang pamannya itu sudah memprediksi bahwa pemerintah akan melarang masyarakatnya untuk mudik, jadi Pak Jarwo pulang kampung duluan sebelum dilarang.
Strategi yang bagus dengan pulang kampung lebih awal.

Lili membuka pintu dapur rumah Nilam dan mengambil nasi.
"Ma, Lili ambil nasi yah buat kasih makan ayam yang dibeli Mas Dika," ujar Lili pada ibu mertuanya.

Nilam yang hendak memblender sambal terasi mengangguk.
"Boleh, itu ada nasi dingin."

Lili mengangguk, dia mengambil setengah nasi dingin sisa yang dikeluarkan oleh Nilam lalu pergi memberi makan dua ekor ayam itu.

Lili sendiri yang ingin memberi makan ayam dengan telapak tangannya, telapak tangannya terasa geli karena dipatok oleh dua ekor ayam yang diberi makan olehnya.

"Hihihihi!" Lili terkikik geli.

Dia menikmati sensasi dipatok oleh ayam itu.

Nilam yang mendengar sang menantu senang hanya ikut tersenyum senang di dapur.

Sementara itu, Arfa memasuki dapur Nilam dan berkata, "Kak, mari aku bantu."

"Eh, Ara. Nggak usah, udah mau selesai," balas Nilam.

"Aku goreng tempenya yah, Kak. Aku nggak ada kerjaan, merajut terus, aku pikir dengan memasak bisa membuat suasana hati menjadi senang," ujar Arfa.

Nilam mengangguk.
"Baik, kamu goreng tempe saja. Mau bikin tempe mendoan. Lili pengen makan tempe mendoan sama sambel terasi," ujarnya.

Arfa mengangguk mengerti, dia membuat adonan untuk tempe mendoan.

Arfa tahu, menu buka puasa selama ini di rumah Nilam adalah request dari anaknya. Jika anaknya ingin makan tempe mendoan dan sambel terasi, maka Nilam akan membuat, jika putrinya ingin makan ikan atau soto, maka Nilam akan menuruti. Semua orang di dalam rumah yaitu Dika dan Hasyim tidak berkomentar apa-apa, toh yang penting mereka makan. Mertua seperti Nilam ini sangat jarang sekali, lebih sayang anak menantu dari pada anak sendiri.

"Hahahaha!"

Terdengar tawa dari tempat cuci piringnya, Arfa tahu itu adalah suara tawa anaknya yang sedang memberi makan ayam. Dia sempat melihat sang anak duduk jongkok untuk memberikan nasi di telapak tangannya.

Duduk jongkok, Arfa menghentikan membuat adonan tempe mendoan dan berkata, "Kak, aku tinggal dulu sebentar, mau ambil kursi untuk Lili duduk, aku lihat dia tadi jongkok begitu saja saat memberi makan ayam, takutnya terjadi apa-apa Kak."

Nilam menoleh ke arah Arfa.
"Ya ampun, benar sekali! tolong kasih Lili kursi yah, Ra."

Arfa mengangguk, dia hendak meninggalkan adonan tempe mendoan namun suara Dika yang memasuki dapur dari pintu dapur terdengar.
"Biar Dika saja yang ambilkan, Bu."

Arfa mengangguk mengerti.

Dika mengambil kursi dan meletakannya di tempat jongkok Lili.
"Jangan jongkok, tidak baik untuk wanita hamil," ujar Dika.

Lili mengangguk dia berdiri dari jongkok dan duduk di kursi yang diberikan oleh suaminya.

Dengan nada senang Lili berkata, "Mas Dika, dua ekor ayam ini agak kecil, pasti masih muda."

Dika mengangguk.
"Kalau yang muda dimasak opor ayam, maka akan terasa enak dan lembut dagingnya, kalau sudah tua tidak enak lagi, alot dagingnya," balas Dika.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang