5. Ada Saingan

18.2K 995 7
                                    


Sore hingga malam, Lili duduk di teras rumah Dika. Apa yang dilakukan oleh gadis itu adalah menunggu Dika pulang kerja. "Mas Dika mana sih, kok nggak pulang-pulang. Kata Om Acim, Mas Dika pulang jam empat sore, ini jam tujuh malam. Om Acim nipu Lili kali."

Wajah Hasyim terlihat masam ketika mendengar ucapan anak dari sahabatnya. Pria 53 tahun itu duduk minum kopi sambil melihat laporan pemesanan katering yang diberikan oleh karyawannya.

Nilambari datang dari dapur, "Dika belum pulang juga, Pa?"

Hasyim menggeleng, "Belum," jawab Hasyim, dia menoleh ke arah teras, "kalau Dika sudah pulang, Lili sudah heboh dari tadi, wajahnya tidak akan kamu lihat seperti sekarang."

Nilam melihat wajah Lili yang duduk di teras rumah, "Iya juga yah, Pa." Nilam manggut-manggut. Kalau putranya pulang, wajah Lili tak akan cemberut begitu, setahu dan sepemahaman Nillam, Lili ini paling suka dengan Fernando Jose yang sekarang kalau direalisasikan menjadi putranya. Nilam melirik ke arah jam dinding, "Sudah jam tujuh malam tapi kok Dika belum pulang juga, yah." Nilam juga terheran. Sang anak kalau pulang, biasa langsung ke rumah.

Tak berapa lama, bunyi suara motor terdengar, daun telinga Lili yang melebihi antena parabola itu langsung aktif, dia berdiri sambil tersenyum manis, "Assalamualaikum, Mas Dika," salam Lili, "Mas Dika udah pulang, yah?" entah Lili buta atau pura-pura tak tahu. Lili berjalan mendekat ke arah Dika, "Mas Dika, Lili nungguin Mas Dika pulang dari jam empat sore loh," ujar Lili sambil mendempet Dika yang selesai memarkirkan motornya ke dalam garasi.

Nilam keluar rumah menengok anaknya yang baru pulang. 

"Assalamualaikum," salam Dika.

"Wa alaikumsalam," Hasyimmenjawab. Pria paruh baya itu hanya melirik sekilas keluar lalu berdiri menuju meja makan.

"Ada rapat yah di kantor? Kamu lama banget pulang," tanya Nilam.

Nilam melirik ke kiri Dika, ada Lili yang berdempetan, "Lili nungguin kamu loh dari tadi."

Dika mengerutkan kening bingung, untuk apa juga Lili menunggunya pulang? Apakah mereka ada janji atau ada sesuatu yang penting? 

"Putri sakit, Ma," jawab Dika seadanya.

"Loh? Sakit apa? Kemarin baik-baik saja." Nilam terheran.

"Tadi siang pas makan, penyakit kambuh, jadi Dika bawa di rumah sakit Triharsi, dia di rumah sakit agak lama, Dika ke rumah Putri dulu baru balik bayar makanan dan ambil motor lalu pulang," jawab Dika.

"Oh, pantes kamu pulang telat." Nilam manggut-manggut.

"Masuk, lalu makan malam gih, Papa udah di meja makan," ujar Nilam.

Dika mengangguk, dia mengabaikan Lili.

"Itu Mbak Putri sakit kenapa? Kok bisa tiba-tiba sakit? Kemarin baik-baik saja kok."

Dika sudah masuk ke rumah meninggalkan Lili dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

"Lili, makan bareng Tante dan Om saja, yah?" ajak Nilam.

Sejenak Lili ingin mengangguk, namun ketika matanya terarah ke rumah mereka, dia menggelengkan kepalanya. "Di rumah Lili saja, Tante.  Ada ibu sendiri."

Nilam mengangguk mengerti, "Yasudah, Tante ambilkan lauk, yah? Ada sayur dan ikan kembung sambalado."

"Ok, Tante."

Nilam berjalan masuk ke dalam rumahnya, di belakang Lili ikut mengekori, dia ingin melihat wajah Fernando Jose-nya yang seharian ini tidak dia lihat dari pagi sampai malam.

"Om Acim," sapa Lili pada Hasyim namun matanya terarah pada Dika yang menyendok nasi dari penanak nasi ke piring makan.

Hasyim yang sedang menyendok nasi ke dalam mulut melirik ke arah Lili yang berdiri di pintu penghubung ruang makan dan ruang nonton.

Lili's Love Story [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang