Apa jadinya jika 2 cowok "Most Wanted" memperebutkan seorang cewek yang dikenal "Cupu" di SMA Taruna? Percaya nggak percaya, ini yang dialami Elshabilla Syanin. Tapi, Elsha malah menganggap ini sebuah bencana dalam hidupnya. Kenyataannya, tak seinda...
"Elsha apa kamu sudah siap melanjutkan sekolah kamu di sini akhir tahun nanti?" gue mengangguk sambil mengaduk-aduk susu milo gue.
"Jadi, Tante. Lagian, aku bosen di Jakarta.. Selalu macet." gue memindahkan ponsel gue ke telinga kiri.
"Yaudah, tiga bulan lagi Tante jemput kamu ya. Sekarang Tante mau ngurusin pekerjaan Tante dulu. Bye..." tante Elma memutuskan sambungan telponnya. Gue menghela nafas lalu membanting ponsel gue asal ke kasur.
"Gak ada yang mau gue ada disini. Jadi, buat apa gue disini? Jadi bahan hinaan doang!" gue meletakan milo gue di meja belajar lalu beranjak ke meja rias.
Gue menatap diri gue sendiri di cermin. Perlahan, gue melepas kacamata gue dan membuka dua kepangan di rambut gue.
"Kalo aja gue percaya diri kaya Sesil, Rasya, atau Vanes. Mungkin gue gak akan jadi hinaan mereka. Huftt...."
***
Seperti biasa, gue melangkah di koridor dengan tumpukan buku di tangan gue. Dari arah lain David tersenyum lalu bangkit hendak menyapa gue. Tapi langkahnya terhenti saat dia liat Fero membantu gue membawa tumpukan buku gue.
"Gue bantu!" Fero dengan gerakan cepat langsung mengambil separuh buku di tangan gue.
"Eh,... Mau lo bawa ke mana, buku gue?" tanya gue panik sambil mengikuti langkah Fero
"Telat, kan, gue!" David mengepalkan tangannya kuat lalu berbalik pergi.
"Fero tunggu..." gue mensejajari langkah gue dan Fero.
"Mau lo apain lagi buku gue? Balikin, sih, masih pagi, Ro!" kata gue melas. Tapi Fero tak menjawab, dia malah berbelok masuk ke kelas gue dan menaruh buku buku gue di atas meja gue. Gue menatapnya heran.
"Loh kok???" kata gua bingung. Fero menatap gue sekilas dan berlalu pergi.
Tentu saja kejadian tadi jadi tontonan temen-temen sekelas gue. Terutama yang cewek pada berbisik-bisik sesekali ngelirik gue, bahkan juga ada yang terang-terangan natap gue sinis. Gue gak peduli, pikiran gue masih terbayang sikap Fero yang sedikit aneh barusan.
"Dia bantuin gue? Tumben!"
***
"Hei!" David menepuk bahu gue pelan lalu duduk di samping gue.
"Sendirian?" gue mengangguk.
"Siapa sih yang mau duduk sama gue pas di kantin?" kata gue lirih sambil memainkan sedotan juice gue.
"Nih buktinya gue duduk sama lo, kan?" gue memiringkan wajah gue dan tersenyum.
"Makasih, David. Lo selalu baik sama gue" kata gue tersenyum tulus.
"Ro, liat tuh! Gitu doang kalah lo sama David? Payah!" kata Ivan meremehkan. Saat ini Ivan, Fero dan Reza tengah berada di kantin sambil memantau gue yang gak jauh dari meja mereka.
"Tau lo! Kemaren kemaren lo boleh aja kalah dari David. Tapi kali ini masa kalah lagi sih, Ro?" Reza jadi ikut mengompori.
"Tampang masih gantengan lo. Tapi kalo masalah cewek, lo selalu kalah dari David" Ivan kembali menambahi sambil meminum es teh nya. Sementara Fero hanya diam, sama sekali tak berniat membalas ocehan teman-temannya.
"Woy, Ro! Kita lagi gak ngomong sama patung, ya!!" Ivan menatap Fero kesal lalu melirik Reza sementara Reza hanya mengangkat bahu.
"Kenapa lo?" tanya Reza menepuk bahu Fero. Fero masih tetep tak menjawab, dia memilih pergi dari kantin.
***
Gue menghentakkan kaki gue kesal di halte bus. Udah jam segini tapi daritadi bus yang lewat ke arah kost-an gue selalu penuh. Sekolah udah mulai sepi.
"Gue harus berapa abad lagi disini?" kata gue kesal. Tiba-tiba sebuah mobil sport silver berhenti tepat di depan gue. Gue tau itu mobil Fero tapi gue pura-pura cuek dan berdoa dalem hati, semoga dia ga berniat ngejailin gue.
Gak lama kemudian Fero turun lalu menghampiri gue.
"Ikut gue!" katanya datar sambil menarik tangan gue. Tuhkan, apa-apaan coba? Dateng-dateng langsung narik-narik tangan gue. Sontak gue pun langsung berontak.
"Apaan sih, Lepasin. Gue mau pulang!" ketus gue masih berusaha berontak dari cekalan tangan Fero, namun apalah daya tenaga Fero masih lebih kuat daripada gue.
Dia terus menarik tangan gue menuju mobilnya lalu membuka pintu mobil.
"Masuk!" gue menggeleng. Fero menghela nafas lalu mendorong tubuh gue pelan untuk masuk.
"Gak mau, Ro! Tolong lepasin, gue mau pulang!" Gue masih tetep berdiri di depan mobil dia.
"Masuk atau gue cium?" Ancam Fero terdengar lembut tapi berhasil bikin gue merinding. Apa katanya tadi? Dicium? Big Nooo!
"Oh, mau dicium." Fero tersenyum genit, dia semakin mendekatkan wajahnya ke muka gue, gue langsung mundur dan sialnya gue malah terjebak masuk ke mobil Fero.
Gue menggerutu sambil memainkan ujung rok gue setelah duduk di jok mobil Fero, sementara Fero secepat kilat berputar lalu masuk ke dalam mobil. Dia langsung mengunci mobilnya supaya gue gak bisa kabur.
"Sebenernya lo ada urusan apa sih sama gue? Lo mau nyulik gue?" kata gue kesal dan takut juga, sih. Takut Fero macem-macemin gue.
"Gue gak nyulik lo!" tegasnya lalu melajukan mobilnya.
"Terus ngapain lo paksa-paksa gue masuk mobil lo? Gue mau turun!" teriak gue.
"Daripada lo teriak-teriak mending lo tidur. Karena gue gak akan biarin lo turun sebelum kita sampe!" katanya dingin.
Gue menghela nafas berat lalu mengecek ponsel gue yang batrenya tinggal 1%. Shit, gue gak bisa ngehubungin siapa-siapa. Gue cuma bisa berdoa semoga cowok aneh di sebelah gue ini gak ngelakuin hal jahat ke gue.
Lama-lama gue malah tertidur sampe gue gak sadar kalo gue udah jauh dari Jakarta.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.