[19] Jangan Pergi

920 47 12
                                    

-ELSHA-

"Ada yang mau gue omongin sama lo, Sha" kata David lalu menarik tangan gue menuju teras.

"Gue ganti baju dulu, ya"

"Gak usah. Kayak gini aja!" tegas David.

"Yaudah, gue pamit aja sama bi Inah bentar" David menggeleng.

"Lama!" katanya sambil menarik tangan gue ke luar pagar.

"Nih helmnya" David menyodorkan helm putihnya.

"Ngg..."

"Kenapa? Lo masih gak bisa masangnya?" dengan polos, gue mengangguk.

"Hhh... maju dikit" gue maju selangkah mendekati David.

"Dah! Cepetan naik" suruhnya. Gue mengangguk lalu menaiki motor sport David. Perlahan David melajukan motornya meninggalkan rumah gue.

***

"Lo mau ngomong apa sih, Dav?" tanya gue setelah lebih dari sepuluh menit David terdiam menatap hamparan air danau di hadapannya.

Dia menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya di rerumputan dengan kedua tangan sebagai alasnya. Gue menoleh menunggu jawaban David.

"Lo mau tinggal di Inggris?" tanyanya to the point. Gue melotot kaget. Bahkan sekarang David juga udah tau gue mau pindah? Secepet ini mereka -Fero dan David -tau tentang kepindahan gue?

"Kok... Lo tau, sih? Tadi siang Fero, sekarang lo. Kalian kompakan, apa?" gue terkekeh geli mencoba bersikap seperti biasa terhadap David.

"Kenapa lo mau pindah? Lo mau tinggalin gue? Bukannya lo bilang lo gak bisa jauh dari gue? Lo udah gak butuh gue?" tanyanya bertubi. Gue menolehnya sambil tertawa pelan.

"Pertama, kenapa gue mau pergi?Sebenernya gue gak mau, tapi..." gue melirik David sekilas.

"Tapi apa?" tanya David tak sabar. Gue tersenyum sambil mengingat masa lalu gue di sekolah dulu.

"Inget gimana gue dulu? Culun, jelek, dijauhin semua orang dan dibully. Gue pengen pindah karena itu" balas gue lirih.

"Tapi lo udah gak kaya dulu, kan? Lo sekarang cantik!" ujar David tulus.

"Kalo sekarang disuruh milih, gue bakalan milih buat netep di Jakarta. Gue gak pengen pindah..." Gue menghela nafas berat sebelum melanjutkan kalimat gue lagi.

"Gue butuh kalian, temen pertama gue. Tapi, gue bisa apa? Tante Elma telpon dan dia bilang 2 minggu lagi dia tiba disini. Di Inggris, dia pasti udah daftarin sekolah gue. Salah gue yang gak pernah bilang sama dia kalo beberapa bulan ini gue betah tinggal dan sekolah disini. Gue telat, Dav. Dan sekarang, gue gak mau ngecewain dia" sambung gue.

"Apa lo pikir kepindahan lo gak buat gue atau Fero kecewa?" David bangun lalu menatap gue yang terdiam.

"Gue bukan siapa-siapa yang kalian butuhin. Toh, dulu gue gak pernah masuk ke kehidupan kalian. Kalian bisa, kan, tanpa gue?"

"Tapi, sekarang lo udah masuk ke kehidupan gue, dan lo gak bisa seenaknya pergi!" tegas David.

"Gue gak tau harus gimana. Gue..."

"Tetep stay di samping gue! Janji sama gue, lo gak akan pindah?" David menggenggam kedua tangan gue erat lalu mendekatkannya ke dadanya.

"Gue gak bisa janji, David" gue melepaskan tangan David lalu beranjak bangun.

"Mending lo pulang sekarang, gue juga mau pulang" David mengernyit lalu ikut bangkit.

"Gue anter?" katanya menawarkan. Gue menggeleng.

Jadi Terbalik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang