-ELSHA-
"Udah sampe!" Fero menoleh ke gue yang masih tertidur
"Yah, dia tidur" katanya sedikit kesal. Fero tersenyum jail lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gue. Perlahan dia mengusap pipi gue pelan.
"Sebenernya cantik sih! Tapi bukan tipe gue. Biarpun gitu, gue butuh lo buat bales sakit hati gue. Sorry..." Fero membatin. Dia masih mengusap pipi gue sambil memperhatikan tiap lekuk wajah gue.
"Ngghh..." Merasa ada yang nyentuh pipi, gue menggeliat pelan. Fero langsung menjauhkan tubuhnya dan fokus menatap ke depan.
"Eh, ini dimana?!" gue panik menatap sekeliling gue lalu berpaling menatap Fero yang mukanya datarrr banget.
"Gak usah panik, kenapa sih? Gue gak akan macem-macemin lo, kok. Gini-gini gue masih menghargai perempuan. Ayo turun!" jawab Fero dingin seraya turun dari mobil. Gue mendengus sebal lalu membuka pintunya.
"Wah... pantai?!! " tanpa sadar gue merentangkan tangan gue melawan angin. Gue suka banget pantai. Salah satu tempat favorit.
"Hey siapa yang suruh lo disana ? Ikut gue!" Lagi enak-enaknya menikmati pemandangan pantai dan angin yang sepoy-sepoy, si pengacau, Fero menarik tangan gue pelan untuk mengikutinya.
"Mau bawa gue kemana lagi, sih" dumel gue.
"Bawel juga ya lo, udah ikut aja!"
***
"Nomor yang anda tuju sedang ti-"
David berdecak sebal. Ini sudah ke 5 kalinya dia menghubungi ponsel Elsha tapi jawabannya sama. Gak aktif!
Dia lalu mengetik pesan singkat ke Elsha.
David Pratama : Hai, Sha. Ini nomer gue, David. Save WA gue yaaa😉 hehe
David Pratama : Gue pengen ngobrol sama lo, tapi nomor lo gak aktif. Lagi sibuk ya?
Sudah 10 menit berlalu, tapi tidak ada balasan dari Elsha. David menaruh ponselnya di meja lalu berbaring di tempat tidurnya. Gak tau kenapa dia pengen banget denger suara Elsha sekarang.
***
"Ini rumah siapa, Ro?" gue menatap berkeliling rumah yang di desain serba putih ini dengan perasaan kagum.
"Rumah nenek lo! Ya rumah gue, lah" katanya sewot. Gue mencibir sambil menaiki anak tangga kayu penghubungnya.
"Gak sewot bisa sih, gue kan gak tau. Keren juga ya, ada rumah di tepi pantai gini? Gue jadi pengen" sahut gue.
"Ikut gue" lagi-lagi Fero menarik tangan gue. Padahal gue belum masuk ke dalamnya. Ngeselin banget emang nih cowok.
"Kemana lagi? Gak usah narik-narik sih!" gue mengikuti langkah Fero dengan wajah cemberut.
"Lo pengen ke pantai kan?" gue mengangguk
"Ya, ayok!" gue mengikuti langkah Fero ke arah pantai tempat gue berdiri tadi.
"Lo bisa berenang?" tanya Fero setibanya di tempat tadi. Gue menggeleng.
"Hahaha, serius? kasian banget sih lo. Gue ajarin deh! Mumpung baik" katanya sombong. Mukanya songong banget sumpah.
"Idih ogah! Gue gak mau" tolak gue mentah-mentah.
"Kapan lagi diajarin sama cowok ganteng kayak gue? Udah ayok gue ajarin, jarang-jarang gue baik gini!"
"Gak mau. Lagian gue juga gak bawa baju ganti"
"Yaelah, gampang! Baju bisa beli nanti. Ayok!" kata Fero memaksa sambil menarik tangan gue. Lah, kenapa dia jadi maksa gini?
"Gimanapun gue harus bisa buat satu hari ini berkesan buat lo" batin Fero
"Gak mau, Fero!" gue mencoba melepaskan tangan Fero tapi dia nyekal tangan gue kenceng banget. Kalo udah tarik-tarikan tangan gini udah pasti Fero yang menang. Oke, gue pasrah!
"Iya, iyaa gue mau! tapi gue lepas sepatu gue dulu"
Fero melepaskan tangan gue dan membiarkan gue melepas sepatu dan kaos kaki gue.
"Uhm.. lo aja deh, Ro. Gue.. gak berani" kata gue pelan. Kejadian pas gue kecil bener bener terekam jelas. Saat dimana gue tenggelem. Gue masih agak trauma, gak mau kejadian itu terulang lagi.
"Alah, payah lo?!" Fero mendekat ke gue lalu menggendong gue paksa.
"Eh, Fero jang--" kalimat gue terputus saat deburan ombak menerjang tubuh gue dan Fero.
"Ini seru kan?" tanyanya lalu menurunkan gue di tengah tengah laut. Cepat-cepat gue memegang tangannya kuat.
"Gu-gue, kan, bi-lang.. gue gak bi-sa rena--ng" kata gue gemetar. Ketakutan gue bertambah saat gue rasa mata gue mulai buram. Dan itu karena kacamata gue jatuh pas gue di gendongan Fero tadi.
"Ro... Fero..." gue meraba raba tangan Fero. Dia tersenyum jail dan berusaha menjauh
"Fero, lo--" kalimat gue lagi lagi terputus karna deburan ombak menerjang tubuh gue, Dan gue bener bener tenggelam kali ini.
"Fer--Ro..." gue mengangkat tangan gue tinggi tinggi.
"Astaga, Elsha!" pekik Fero. Cepat-cepat dia menyelam dan membawa gue ke tepi pantai.
"Elsha... bangun" Fero merebahkan gue di atas pasir sambil menepuk-nepuk pipi gue pelan. Dia beneran panik.
"Bego banget gue! Sha, please.. bangun. jangan becanda!" kata Fero gemetar. Dia nyesel udah ngerjain gue tadi. Di tekannya perut gue agar air yang gue minum keluar.
"Jangan bilang gue suruh ngasih NB ke Elsha? Gak, gue gak mau! Tapi ini gimana? Arghh... Fine!" Fero mendekatkan wajahnya ke gue. Entah kenapa dadanya berdebar.
"Sorry, bukan maksud gue..." batin Fero lalu semakin mendekatkan wajahnya ke gue.
"Uhhuk...uhhuk..." gue terbatuk. Cepat cepat Fero menjauh dan mengelap bibirnya.
"Lo gak papa, kan?" gue menggeleng lemah.
"Maaf..." kata Fero pelan. Gue menggeleng.
"Kita kerumah gue dulu. Keringin baju lo" katanya lalu menggendong gue ala Bridal Style. Gue cuma diem sambil menyembunyikan wajah gue di dadanya. Entah kenapa gue jadi deg-degan gini, karena kejadian gue yang --hampir-- tenggelam tadi atau deg-degan karena di gendong Fero? Entahlah, tapi gue merasa nyaman saat ini.
***
Elsha
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Terbalik [SELESAI]
RomantizmApa jadinya jika 2 cowok "Most Wanted" memperebutkan seorang cewek yang dikenal "Cupu" di SMA Taruna? Percaya nggak percaya, ini yang dialami Elshabilla Syanin. Tapi, Elsha malah menganggap ini sebuah bencana dalam hidupnya. Kenyataannya, tak seinda...