[26] Belum Merelakan

723 24 1
                                    


"Hari ini tantenya Elsha sampe Jakarta. Berarti besok dia ke sekolah buat urus semua surat-surat pindah Elsha. Besok gue harus ngobrol sama dia!" David meletakan kalendernya di bedside table.

"Entah kenapa, gue ngerasa lo mulai jauh, Sha. Sekarang aja gini, gimana nanti? Mungkin lo bakal lupa sama gue" gumam David pelan sambil menatap layar ponselnya. Ada foto Elsha yang dia ambil diam-diam.

***

-ELSHA-

"Tante!" gue bangkit dari kursi tunggu dan berlari kecil menghampiri tante Elma. Di belakang gue menyusul Fero yang berjalan mengikuti gue.

"Tante apa kabar? Aku kangen" kata gue lalu memeluk tante Elma sebentar.

"Baik, sayang. Tante juga kangen sama kamu. Terakhir tante ke Indonesia waktu kamu SMP dan dulu kamu kan....." tante Elma pangling melihat penampilan gue yang sekarang.

"Kepang dua plus kacamata? Itu dulu Tante, sekarang udah enggak lagi. Oh iya, Tan, kenalin ini Fero. Fero kenalin ini tante Elma yang sering gue ceritain" tante Elma dan Fero saling berjabat tangan.

"Fero, Tante" kata Fero sopan.

"Oh iya.. saya Elma, Tantenya Elsha. Kamu pacarnya Elsha, ya?" goda tante Elma.

"Tante....." ucap gue malu. Tante Elma hanya tersenyum melihat wajah malu gue.

"Iya, Tan" jawab Fero, sontak gue menyenggol lengan Fero.

"RO!" sentak gue melotot kesal. Sementara Fero menatap gue datar, seolah tak terjadi apa-apa.

"Eh... Udah, udah. Mending sekarang kita pulang, Tante udah kangen juga, nih, sama rumah kamu" ujar tante Elma menengahi.

***

"Terimakasih ya nak Fero, buat tumpangannya." ujar tante Elma sesudah menuruni mobil Fero.

"Sama-sama, Tan. Oh, iya... Ini kopernya mau di taro di mana ya, Tante?"

"Oh ya ampun. Maaf, Tante sampe lupa. Taro di sini aja, Ro. Nanti Tante bawa sendiri ke dalam" jawab Tante Elma. Gue cuma bisa jadi penonton di antara mereka.

"Disini ya, Tante!" seru Fero seraya menggeret koper merah Tante Elma hingga ke depan pintu.

"Iya, sekali lagi terimakasih ya nak Fero. Kalo gitu Tante masuk dulu, kalian ngobrol-ngobrol aja, Tante mau istirahat" Fero mengangguk. Tante Elma tersenyum lalu mendorong kopernya masuk ke dalam rumah. Setelah Tante Elma benar benar tak terlihat, Fero menarik tangan gue mendekati mobil.

"Aduh... Fero, apaan sih tarik-tarik segala? Sakit tau!" dumel gue kesal.

"Jalan sama gue sekarang, mau?" ajak Fero to the point.

"Jalan? Ngaco deh, ya. Ini tuh udah jam delapan! Gue belum packing buat lusa besok"

"Malem ini aja, besok kan lo masih bisa packing" paksa Fero.

"Nggh... gimana, ya?" gue melirik Fero dan rumah bergantian.

"Lama!" Fero kembali menarik tangan gue pelan menuju mobil dan membukakanya.

"Gue belum bilang mau, Fero!" kata gue kesal.

"Mau gak mau, lo harus mau. Masuk gih" suruhnya lembut. Gue menghela nafas lalu memasuki mobil sport Fero.

"Dasar pemaksa!" seru gue saat Fero duduk di samping kanan gue. Fero cuma tersenyum jail lalu menjalankan mobilnya.

***

"Beruntung jadi lo yang bisa menangin hatinya buat lo jaga dan cintai. Gak kaya gue yang menangin hatinya cuma untuk ngejaga dia." David menatap jalanan kompleks rumahnya dari atas balkon. Sesekali dia menghembuskan nafas berat juga memejamkan matanya.

Jadi Terbalik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang