[20] Lusa

806 35 0
                                    


-ELSHA-

Mendadak langkah gue terhenti saat Fero mulai memetik gitarnya, sedangkan Sera mulai menyanyi.

(Vierra - Seandainya) 🎵

Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri

Melukai kenangan yang telah kita lalui

Yang tersisa hanya aku sendiri disini

Kau akan terbang jauh menembus awan

Memulai kisah baru tanpa diriku...

Seandainya kau tahu, ku tak ingin kau pergi

Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu

Seandainya kau tahu, aku kan slalu cinta...

Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini

Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri...

Melukai kenangan yang tlah kita lalui

Kau akan terbang jauh menembus awan

Memulai kisah baru tanpa diriku

Seandainya kau tahu, ku tak ingin kau pergi

Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu

Seandainya kau tahu aku kan slalu cinta...

Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini...

Ohh... Selama ini...

Gue terdiam kaku. Fero menyudahi petikan gitarnya. Begitu juga Sera, ia sudah berhenti menyanyi. Entah bagaimana, pandangan gue dan Fero bertemu. Dia menatap gue teduh.

"Kayaknya gue gak mau ganggu deh. Fero, request lagu lo udah, kan? Gue ke ruang seni dulu, ya." Sera bangkit sambil mengambil bindernya.

"Thanks, Ser!" balas Fero tersenyum tipis pada Sera. Sera mengangguk lalu pergi.

Selanjutnya, Fero kembali menatap gue teduh. Tanpa ragu, gue menghampirinya.

"Main lo bagus. Gue baru tau lo jago main gitar." kata gue memulai percakapan sambil berjalan mendekati Fero. Dia tersenyum lalu menepuk kursi di sebelahnya tanda gue harus duduk.

"Biasa aja sih menurut gue." sahutnya acuh.

"Dasar sombong!" kata gue terkekeh sambil menyenggol bahunya. Fero hanya tersenyum tipis. Entah apa, tapi gue merasakan keanehan pada Fero. Dia gak senyebelin biasanya.

"Kenapa lo lemes amat? Sakit?" tanya gue sambil memandang ke depan. Fero hanya menggeleng.

"Lo emang gak bisa batalin kepindahan lo ke Inggris?" tanya Fero serius.

"Eh iya gue lupa! Ini bunga dari lo kan? Makasih, ya. Bunganya cantik... Kok lo bisa tau gue suka bunga mawar?" kata gue mengalihkan pembicaraan. Fero menatap gue tajam, berharap gue menjawab pertanyaannya.

Gue tertunduk sambil memainkan bunga dari Fero.

"Gue rasa gue gak perlu jawab itu, Ro. Karena lo sendiri tau jawabannya." Fero menghela nafas.

"Gue minta maaf jadiin lo alat buat gue bales dendam." gue menoleh ke Fero lalu tersenyum.

"Gue udah maafin lo. Kalo enggak, ngapain gue mau ngomong sama lo dari kemaren? Lupain ajalah!" Fero menatap gue tak percaya.

"Biasa aja dong natapnya. Gak pernah liat manusia ya, lo?" tanya gue risih. Fero hanya tersenyum.

"Lo cewek paling unik yang pernah gue kenal. Paling aneh, paling cupu, paling nyebelin,..."

Jadi Terbalik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang