[11] Jadian

936 64 10
                                        

-ELSHA-

"Bi, aku pamit keluar bentar ya" Gue menuruni anak tangga sambil membetulkan letak jam tangan gue. Bi Inah, pembantu rumah tangga gue datang terburu-buru dari dapur.

"Iya Non, hati-hati. Kalau bapak telepon bibi bilang apa, Non?" tanyanya

"Hmm.. bilang aja aku keluar bentar." jawab gue

"Yaudah aku pergi dulu. Assalamu'alaikum" pamit gue.

***

"Maaf ya, lama" gue membuka pagar rumah gue lalu menghampiri Fero yang duduk di atas mobil. Dia menggeleng.

"Gak apa-apa, kita pergi sekarang?" gue mengangguk lalu memasuki mobil. Begitu juga Fero, Dia menyalakan mesin mobilnya dan melesat meninggalkan rumah gue.

Sementara itu, di sebrang sana. David mulai menstater mobilnya dan melajukannya mengikuti mobil Fero.

***

"Kita kemana?" tanya gue bingung.

"Bukit belakang sekolah. Dari atas, pemandangan kotanya bagus" gue mengangguk setuju.

"Boleh, deh."

***

Ivan Firmansyah : Persiapan selesai!

Ivan memasukan ponselnya ke dalam kantong celana setelah mengirimkan pesan singkat itu kepada Fero.

"Saatnya gue pulang. Capek juga dekor nih tempat!" ocehnya sendiri. Kakinya mulai melangkah menjauhi area perbukitan.

***

Fero menghentikan mobilnya hampir ke pagar pembatas. Dia turun lalu membuka pintu untuk gue.

"Thanks!" gue turun lalu berlari kecil ke pagar pembatas.

"Wah! Bagus juga, ya, tempatnya!" Kata gue lalu berbalik lalu menghampiri Fero yang bersandar pada mobil.

"Kalo lo mau, tiap hari gue bakal ajakin lo kesini" jawabnya. Gue cuma tersenyum lalu mencoba menaiki mobilnya. Fero menggeleng.

"Kalo gak bisa itu bilang" Fero memeluk pinggang gue lalu menaikkan gue di atas mobil. Mendadak jantung gue lari maraton. Jarak wajah gue dan Fero sangat dekat, Fero tersenyum masih dengan memeluk pinggang gue.

"Ngghh.. bisa jauhan dikit gak?" tanya gue agar Fero menjauh. Gue harap, Fero gak ngedenger detak jantung gue yang cepet banget ini.

"Kayaknya gak bisa. Gue udah nyaman kayak gini" jawabnya santai. Oh God! Gue udah ketar-ketir liat wajahnya sedeket ini.

"Fero! jauhan dikit, ihh!" gue berusaha mendorong bahu Fero. Bukannya menjauh, dia malah tersenyum devil.

"Kenapa? Lo deg-degan?" Tanya santai yang membuat gue mati kutu.

"Eng--gak tuh! Lepasin, Feroza Elvian!" Dengan sekuat tenaga gue mendorong bahu Fero lagi. Tapi...

SHIT! Gue malah hilang keseimbangan dan jatuh menimpa Fero dengan tangan gue di atas dadanya.

Deg. Deg. Deg!

Detak jantung gue makin gak karuan saat mata gue dan mata hitam milik Fero saling menatap. Gue terpaku sejenak, sebelum berusaha bangun. Tapi, sialnya Fero mengunci tangan gue. Arrgghh!

"FERO!" sentak gue masih berusaha bangun.

"Lo cantik!" katanya lalu tersenyum.

"Kayanya kita ngobrol sambil berdiri aja deh, Ro" gue mengalihkan pembicaraan.

Jadi Terbalik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang