Pink Smile

1.3K 93 9
                                    


"Mereka anggap dia kelabu, mereka nilai dia abu-abu. Tapi bagiku, dia adalah merah muda yang hadir di hitamnya duniaku. "

🍁🍀🍁

"Meisya? Mau kemana?" heran mamanya saat di hari minggu pagi-pagi begini, anak semata wayangnya sudah berpenampilan rapi.

"Meisya mau ke sekolah, Ma."

"Untuk apa? kan ini hari minggu?"

"Emmm," Meiysa menunduk sebentar.

"Ada acara ulang tahun sekolah, Meisya harus datang karena ... pasti ada hal yang harus Meisya lakukan di perpustakaan."

"Apa hubungannya ulang tahun sekolah dengan perpustakaan, Nak?" tanya mamanya, Meisya mulai bingung menjawabnya.

"A...ada, Ma," sahut Meisya, sebenarnya memang ada. Dia tak berbohong karena perpustakaan memiliki peran penting di sekolah. Tapi entah kenapa dia merasa gugup sendiri, mungkin ada alasan lain dan bisa saja alasan itu adalah Rio.

"Ya sudah, hati-hati. Nanti kalo kamu pulang mama tidak ada di rumah, berarti mama belum pulang dari rumah Budhe, ya?"

"Mama mau ke rumah budhe?"

"Iya, budhe lagi banyak pesanan kue jadi mama mau bantu budhe kamu."

"Emm, ya sudah Ma. Meisya berangkat dulu," ucap Meisya berpamitan sambil mencium tangan mamanya.

Meisya berjalan santai dengan memegangi tali tas selempangnya berwarna putih susu dengan motif bunga sepatu berwarna merah muda, sama seperti sweater rajutnya yang berwarna merah muda berpadu putih.

Bus yang ia tunggu akhirnya datang, dan berhenti tepat di depannya. Untungnya isi bus tersebut lebih lenggang disbanding hari biasanya, Meisyapun segera naik menuju sekolah.

Dia duduk di bangku paling belakang dekat jendela, ia pasang earphone putihnya yang mengalunkan lagi-lagu dari negeri cinta. Pandangannya kosong ke arah luar jendela bus, jemari lentiknya masih memegangi tali tasnya yang menggelantung di bahu kanannya. Rambut panjang hitamnya dengan poni itu terlihat manis.

Lamunannya masih tak berarah, hingga satu bayangan sosok tinggi itu merasukinya. Tatapan teduh, senyuman hangatnya dan iris hitam yang membuatnya selalu tertunduk saat berhadapan dengannya. Menciptakan satu pertanyaan dari lamunannya ini, apa arti dari semua itu?

Rio, bahkan Meisya merasa aneh jika dia harus mengenal cowok seperti Rio. Entahlah, pertemuan mereka akan memberikan cinta atau luka.

Meisya sendiri masih tak tau tentang perasaannya.

🍁🍀🍁

Langkahnya menepis gerombolan di sepanjang koridor kelas, berbagai lampu hias menyilaukan matanya. Meisya berjinjit kecil menepis keramaian ini, nametage komite perpustakaan masih terkalung di lehernya.

Di saat seperti ini, perpustakaan hanya akan semakin sepi saja. Setelah memenuhi tugasnya diperpustakaan, Meisya mencoba keluar dari tempat sunyi itu.
Entah kemana langkahnya itu membawanya keluar dari perpustakaan, sangat aneh bagi gadis seperti Meisya mendatangi keramaian yang menjadi salah satu hal yang ia benci.

Suara musik yang perlahan mulai terdengar keras mulai mendegupkan detakan jantungnya, dengan setengah tertunduk Meisya terus melangkah mendekati kerumunan yang sangat ramai.

Telinganya mulai merasa risih saat suara musik itu semakin keras, tapi entah mengapa hatinya masih terus bergerak untuk mendekat ke arah suara itu.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang