AUTHOR POV
Ara dan Meisya berlari menuju lapangan basket, saat ini Rio dan Angga katanya adu basket di sana. Entah mengapa, Meisya merasa takut jika mereka akan melakukan hal bodoh lagi.
Di lapangan itu Rio dan Angga sudah beradu 10 menit yang lalu, mereka saling merebut bola itu seolah ada arti berharga di dalam bola tersebut. Saling merebut, mendorong, dan berlari. Mereka sudah nampak berkeringat saat Meisya sampai di lapangan basket, Meisya tak bisa melakukan apapun karena begitu banyak anak yang menggerombol untuk menyaksikan mereka.
Kapan lagi dua cowok berbinar seperti mereka menjadi tontonan seperti ini.Meisya hanya bisa menonton, dan tidak ada yang perlu ia tahan jika mereka masih melakukan hal yang tidak menimbulkan keributan.
Sorak sorai saling bersahutan, Meisya lebih merasa miris melihat mereka. Dua orang sahabat yang telah kacau dan berantakan, dan entah sekarang apa yang mereka lakukan.
Tak lama, satu skor Rio ciptakan sebelum akhirnya mereka berdua sama-sama tumbang. Rio dan Angga terlentang di tengah lapangan dengan dada yang naik turun mengontrol napas, seolah merekapun habis mandi keringat demi sebuah bola.
"Gue kalah," lirih Angga dengan nafas ngos-ngosannya.
"Karena gue gak suka kalah dari lo," sahut Rio.
Mereka saling memandang, wajah songong Rio itu mengikuti ucapannya barusan. Tapi tak lama, keduanya sama - sama tertawa. Semua orang terlihat heran, begitupun Meisya. Entah apa yang barusan mereka berdua ucapkan, tapi setelah itu mereka berdua tertawa bersamaan. Apa mereka sudah baikan?
Rio mulai berdiri lagi, dia mengulurkan tangannya untuk membantu Angga berdiri.
"Apa mereka udah baikan?" celetuk Ara di sampingnya, tapi Meisya masih menggeleng pelan dan tersenyum melihat mereka berdua.
"Tapi soal Meisya, gue gak akan mudah bisa lepasin perasaan gue," celetuk Angga, kini mereka berdua saling berhadapan. Beberapa orang telah bubar dan pergi, tapi Meisya dan Ara masih memperhatikan gerik mereka.
Mendengar ucapan Angga itu, awalnya Rio terlihat datar dan dingin menatapnya tajam. tapi tak lama, tiba-tiba Rio tersenyum.
"Ekspresimu menyeramkan," bisik Rio pada Angga, membuat Angga tertawa.
"Tanpa gue duga kita menyukai orang yang sama, gue gak mau saingan sama lo. Tapi gue juga gak akan bermain lembut dan menyerahkan semua begitu saja ke lo," lanjut Rio dengan santai.
"Gue akui gue selalu kalah dari lo, Yo. walau gue menang basket berpuluh kali lipat dari lo, Meisya akan tetep milih lo," sahut Angga.
Meisya sedikit kepo dengan apa yang mereka bicarakan."Tapi, semua itu gak ada hubungannya sama persahabatn kita, kan? teman tetaplah teman, dan cinta tetaplah cinta. Gue gak mau merusak kesucian di antara keduanya, karena persahabatan kita gak akan pernah berakhir, sekalipun kita harus saling egois memperjuangakn perasaan masing-masing," ucap Rio dengan tatapan teduhnya itu, Rio menepuk pelan pundak Angga dan tersenyum simple.
Anggapun mengangguk dengan senyumannya, mereka berpelukan ala cowok dengan singkat di depan Meisya, mungkin Meisya tak tau betul apa yang mereka bicarakan, tapi Meisya merasa lega jika Rio dan Angga bisa bebaikan lagi seperti dulu.
"Persahabtan antar cowok, emang hebat, ya?" celetuk Ara di samping Meisya yang seolah ikut tersentuh melihat mereka berdua.
"Hm," Meisya mengangguk dengan senyumannya.🍁🍀🍁
Disukai oleh Ra_Ar.Tiara, Dzurrr.n, AnggaRG, Sat_Triyan dan 398 lainnya
Rio_s. Gue emang gak akan pernah kalah dari siapapun. Tapi dari kecil, lo orang yang sulit gue kalahin. @AnggaRG
Meisya terdiam menatap foto di layar ponselnya itu, melihat mereka berdua bersama membuat hati Meisya beribu kai lipat merasa lega.
hidup memang tak melulu soal cinta, sahabat adalah salah satu elemen dalam cinta yang mesti kita jaga.Dulu Meisya berpikir, sahabat dan teman hanyala omong kosong. tapi Rio, menunjukkan padanya dengan nyata. betapa berartinya seorang teman, dan begitu bermaknanya persahabatan.
🍁🍀🍁
Haiii....up 2 kali hari ini,
Typo bersebaran.Jgn lupa vomenntnya ya 😊
No SIDER!!
THANKSSS 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Teen FictionAku ingin bercerita sebentar, tentang laki-laki bergitar putih itu. Dia yang telah menjadi pemeran utama dari cerita yang berawal dari gitar putihnya, cerita yang mungkin memang tercipta menjadi milik kita. Dia seperti matahari, terlalu menyilaukan...