Jangan Terluka, Rio.

850 50 12
                                    

Vote Vote Vote, enjoy reading 😊

🍁🍀🍁

"Bisa-bisanya lo seperti ini!!!"

"Harusnya gue yang bicara seperti itu, bisa-bisanya sekarang lo malah nyalahin gue!"

Suara mereka berdua sama-sama mengeras, nafas mereka terengah.

"Lo penghianat, Ngga," lirih Rio dengan lirikan bencinya.

"Hahh, lalu panggilan apa yang pantas buat lo? Ha!!!"

"Harusnya lo berterimakasih sama gue, gue yang jagain pacar lo!"

"Itu bukan berarti lo harus jatuh cinta sama dia!"

"Emang lo siapa ngehakimin perasaan gue, Ha! Salah lo sendiri, siapa nyuruh lo ninggalin Meisya cuma buat si Millan?

Brukkk.... satu tonjokan melayang ke pipi Angga, begitupun sebaliknya. Ujung bibir Rio mulai berdarah, pelipisnya melebam dan terdapat darah segar yang mengalir dari dahinya.

"Lo tau kan, kalau sebenernya foto gue sama Millan itu cuma konsep dari videoclip band gue. Terus ngapain lo manipulasi keadaan ke Meisya, ha? Lo mau hancurin hubungan gue?" lirih Rio sambil mencengkeram kerah baju Angga, tapi Angga sepertinya sudah tak berdaya. Lagipula, apa yang Rio ucapkan memang benar, Anggalah dalang dari semua ini.

"Apa-apaan kalian ini!!!" seorang guru dengan tinggi dan tubuh gagahnya mendekati kerumunan dan segera memisah mereka, walau terjadi pertengkaran ini sedari tadi tak ada yang berani mencerai mereka. Hingga guru berkumis tebal inipun yang mengengahi sebelum akhirnya Meisya dan Ara datang.

"Rio...." lirih Meisya pelan di balik kerumunan, ia melihat Rio yang sudah tak karuan rupanya, begitupula dengan Angga yang sangat berantakan.

Guru itu membawa mereka berdua ke ruang BK, Meisya hanya membuntuti mereka. Saat di ruang BK, Meisya hanya bisa berdiri di depan pintu ruangan itu dengan cemas.

Meisya duduk di kursi panjang dan bersandar di tembok, ia menghembuskan nafasnya panjang dan memejamkan matanya, Ara ikut duduk di sampingnya.

"Mereka berdua emang udah gilak, ya!" cicit Ara, Meisya masih tak bergeming.

--------------Cinta terkadang memang mengerikan, bahkan mampu merusak sebuah persahabatan-------------

🍁🍀🍁

Meisya mengompres wajah Rio dengan air es di rumahnya, sepulang sekolah Rio memang memintanya untuk menemaninya.

"Jangan bertengkar lagi," lirih Meisya, Rio hanya menatap lekat wajah di depannya ini. Bahkan Rio tak mengernyit sedikitpun, dia sama sekali tak terlihat kesakitan, padahal hampir seluruh wajahnya membiru.

"Apa dia itu sahabatku?" lirih Rio dengan wajah datarnya, Meisya menghentikan kompresannya itu.

"Jangan bertengkar, jangan marah, dan jangan terluka, Rio."

"Apa harus dia melakukan itu?" Rio masih menyiratkan sisa-sisa kemarahanya.

"Rio, aku tau bagaimana perasaanmu. Tapi--"

"Gue gak habis pikir sama dia," potong Rio cepat sebelum Meisya menyelesaikan ucapannya.

Rio kini tertunduk, Rio seolah seperti seorang sahabat yang habis dikecewakan oleh sahabatnya sendiri. Meisya masih menatapnya lekat, dia berpikir... apakah Rio segitu kawatirnya akan kehilangan dirinya? Hal ini membuat Meisya merasa bersalah seketika, seharusnya Meisya lebih bisa mengerti Rio waktu itu.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang