Meisya berjalan menyusuri koridor kelas menuju perpus, Ara sudah masuk dan kini sedang menunggunya di perpus.
🍀
"Akhhh, sepertinya mereka putus."
"Syukur deh."
"Gue denger sih, Rio balikan sama mantannya yang baru pulang dari Hongkong. Mereka bertemu di Jogja."
"Oh, jadi karena itu Rio belom balik ke sini."
"Tapi mereka emang cocok sih, si Millan itu model lohhh."
"Hm, dibanding Meisya si kutu perpus."
🍀
Tap! Meisya langsung menghentikan langkahnya. Semua orang pasti sedang membicarakan soal foto Rio yang sepertinya sudah beredar dengan cepat, dan disini Meisyalah satu-satunya yang menderita.
"Huffftttt..." Meisya menghela nafasnya dan mempercepat langkahnya.
BRUKKK...
Tiba-tiba ia menabrak dada bidang di depannya, Meisya mengangkat tundukannya. Anggalah yang ada di depannya itu, Meisya kembali menghela nafasnya dan kembali melangkah menghindari Angga.
🍁🍀🍁
Gemericik hujan membalut sore ini, Meisya memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dengan malas.
"Meisya!" panggil Ara di ambang pintu kelas.
"Lo mau langsung pulang?" tanyanya, Meisya hanya mengangguk.
Semenjak rasa sakit itu, Meisya kembali menjadi sosok pendiam yang acuh pada siapapun.
Meisyapun berjalan ke depan gerbang sekolah bersama Ara.
"Gue belum dijemput," rengek Ara saat mereka berada di teras kelas, suasananya hujan jadi mereka tidak bisa langsung ke depan gerbang.
"Lo tunggu jemputan di sini aja, gue pulang dulu ya," pamit Meisya sambil mengancingkan satu kancing di jaket Ara, Meisya sangat peduli pada sahabatnya ini.
"Kan masih ujan, Mey."
"Gue duluan, lo hati-hati ya," sahut Meisya tak menghiraukan ucapan Ara, tanpa payungpun akhirnya Meisya berlari menerobos hujan sore ini.
Meisya masih menunggu di halte bus, tapi sepertinya bus tak akan datang. Ia harus jalan kaki untuk pulang.
Ara sedikit kawatir pada Meisya, sikapnya semakin dingin semenjak kekecewaannya pada Rio. Dia jadi tak memperdulikan dirinya sendiri, bahkan seetiap harinya Meisya selalu memasang senyuman topengnya itu. Ara mengerti, Meisya tak akan setegar itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Apa lo liat Meisya?" tiba-tiba seseorang bicara pada Ara saat Ara masih berdiri menunggu jemputan, saat menoleh betapa terkejutnya Ara melihat orang itu adalah...
"Rio???"
"Apa Meisya sudah pulang, gue dari perpus tapi dia gak ada," ucap Rio di depan Ara dengan tubuhnya yang basah kuyub.
"Untuk apa lo cari Meisya?" itulah cacian pertama Ara, Rio mengangkat satu alisnya bingung.
"Jelas-jelas gue cari pacar gue lah," sahutnya enteng.
"Kenapa lo baru cari sekarang, bego!!!! Kemana aja lo kemarin?!?" teriak Ara dan sepertinya Arapun menangis dengan amarahnya, melihat Rio tiba-tiba saja bikin Ara kesal dan kasihan mengingat Meisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Teen FictionAku ingin bercerita sebentar, tentang laki-laki bergitar putih itu. Dia yang telah menjadi pemeran utama dari cerita yang berawal dari gitar putihnya, cerita yang mungkin memang tercipta menjadi milik kita. Dia seperti matahari, terlalu menyilaukan...