Sudah Kubilang

1K 68 11
                                    

Suasana pagi ini sekolah masih sangat sepi, hanya beberapa anak yang datang sepagi ini untuk memburu kelancaran wi-fi sekolah. Meisya sengaja berangkat pagi, karena hari sabtu ini jadwalnya piket pagi di perpustakaan.

Langkah Meisya masih terus menaiki anak tangga dengan menggendong tas putihnya, kali ini ia mengikat rambut panjangnya itu.

Dari semalam ia menunggu kabar Rio, nyatanya masih tak ada satu pesanpun darinya. Entah bagaiamana audisi hari pertamanya, dan entahlah hari ini apa Rio akan masuk sekolah atau tidak. Meisya masih menunggu, dan ini untuk pertama kalinya ia menunggu seseorang.

Saat sampai di perpus, keadaannya masih terkunci. Meisya sebagai anak komite perpus tentu memiliki kunci cadangan yang ia pegang, setelah pintu terbuka, Meisya segera membuka seluruh jendela di dalam sana agar cahaya bisa masuk. Kebanyakan orang menilai perpustakaan adalah tempat terseram di sekolah, apalagi jika perpustakaan itu besar dan sepi seperti ini. Tapi bagi Meisya, hal itu tak perlu ia takuti. Di sinilah rumahnya sejak masuk masa SMA ini, di sinilah tempatnya memilih kesendiriran di balik gencarnya keramaian di luar sana. Dan tempat ini, juga menjadi saksi bisu atas ketidak sengajaannya bertemu dan mengenal Rio.

Ngomongin soal Rio, Meisya sedikit resah karena tidak adanya kabar apapun darinya, Rio memang selalu berhasil membuatnya merasakan berbagai perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ceklekk.... Saat Meisya sedang menyapu tiba-tiba pintu terbuka, sebuah kepala nongol dari balik sana.

"Lo di sini ternyata," seru orang itu yang tak lain adalah Ara. Dia berlari mendekat, dan meletakkan tasnya di kursi.

Meisyahanya tersenyum simpul saat Ara langsung menyambar satu sapu dipojok ruangan, sahabat satunya ini memang selalu ada membantunya.

Ndrrrttt....nddrrrttttt... tiba-tiba ponsel di dalam saku Meisya bergetar, dengan cekatan Meisya langsung membuka notif yang baru masuk itu. Senyumannya merekah saat nama Rio tertera di layar ponselnya, akhirnya Rio mengirim satu pesan untuknya.

*Rio*

"Pagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii😆"

Meisya meletakkan sapunya dan membalas satu pesan kekanak-kanakkan itu.

*Meisya*

"Pagi, Rio. Bagaimana audisinya kemarin?"

*Rio*

"Itu yang mau aku kasih tau ke kamu sekarang, maaf baru bisa hubungi soalnya kemarin di sana aku gak pegang HP sama sekali, HPku low-bat di tas. Dan apa kamu tau Mey? Aku dan yang lainnya lolos audisi pertama. Keren kan!"

Meisya tersenyum lagi membaca satu pesan itu.

*Meisya*

"Syukur kalo gitu, berarti hari ini kamu masih di sana untuk audisi ke dua?"

*Rio*

"Ya, audisi keduanya nanti malam. Dan seharian ini aku harus latihan untuk mempersiapkan nanti. Doakan lancar ya 😇"

*Meisya*

"Iya, jangan lupa makan."

Pesan singkat itupun terbaca oleh Rio, singkat tapi mampu menggrebek seisi hati Rio. Meisya tak tau sesenang apa Rio di sebrang sana.

*Rio*

"Ok, ntar aku chatt lagi. Miss you"

.Read. Meisya hanya tersenyum simpul membacanya, andai saja dia seberani Rio mengungkapkan perasaannya, tapi sayangnya Meisya terlalu kaku untuk mengucapkan hal semacam itu.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang