Mine

1.3K 89 6
                                    


Kalo hitam ya hitam, kalo putih ya putih. Gue gak mau perasaan lo itu abu-abu buat gue.

🍁🍀🍁

"Mungkin ini waktunya lo beri jawabannya?"

"Apa harus?"

"Ya, harus!" sahut Rio cepat, tatapannya lurus ke arah Meisya.

"Gak cuma cewek yang selalu mengharapkan kepastian, gue juga butuh jawaban lo. Bukan masalah gue A dan lo B, tapi ya atau tidak," ucap Rio menambahkan.

"Gue akan pergi, kalo memang hati lo itu gak akan pernah ada buat gue. Dan juga sebaliknya, gue akan selalu jadi milik lo kalo lo beri gue kesempatan untuk memiliki lo. Jangan tertunduk, Mey. Tatap dan jawab gue," Rio menatap mata bulat Meisya dengan lurus.

"Apa lo akan nerima cinta gue? Apa lo juga akan cinta sama gue?" tambah Rio memperjelas satu pertanyaan yang belum terdengar jawabannya.

"Gue...gue, gue ..." Meisya terdengar sangat ragu dan kesulitan bicara, Rio masih meunggu untuk mendengarnya. "Saat lo jauh, dan gue malah minta lo untuk ngenjauh...... hati gue terasa sakit."

DEG! Kerutan tegang di wajah Rio berubah lega seketika, mungkin ini jawaban yang rumit. Tapi Rio mengerti, dia sangat mengerti.

Senyuman Rio tercipta dengan lebar, dia berdiri dari duduknya dengan cepat. Langkahnya langsung mendekati Meisya, Meisya ikut berdiri heran. Tapi tiba-tiba saja Rio langsung merangkuhnya dalam pelukannya, Meisyapun terpaku tak berkutik.

"R...Ri...Rio?" Meisya mencoba melepasnya.

"Karena itu, lo jangan pernah ngejauh lagi dari gue. Tetaplah disisi gue, apapun yang terjadi," Rio melepas pelukannya dan berbicara dengan lembut, mata bulat di bawah poni itu berkedip dua kali yang kemudian mulai mengangguk.

Senyuman indah yang bahkan terlihat lebih indah dari yang pernah Meisya lihat, tertarik indah di setiap sudut bibir Rio. Meisya masih lekat menatap dua iris hitam yang begitu teduh, Meisya sangat merasakan kehangatan cinta yang mungkin belum pernah Meisya rasakan sebelumnya. Dalam anggukannya ini, Meisya sadar atas apa yang dia anggukkan. Selama ini dia terlalu berpikir, berpikir dan hanya berpikir terlalu dalam tanpa menyelami perasaannya. Karena itulah, apa yang terjadi saat ini adalah pilihannya. Dia sadar melakukannya dan mengakuinya, karena itulah apapun yang terjadi nanti. Itu adalah pilihannya. Dan Meisya akan mulai mencoba, menaruh kepercayaannya..

untuk Rio...dan mulai mencoba mencintainya.

🍁🍀🍁

"Lo jadian sama Rio?" tanya Ara saat dia berjalan di samping Meisya menuju perpustakaan.

"Hm," sahut Meisya sambil mengangguk dan tertunduk.

Ara tersenyum di sampingnya.

"Jangan biarkan Rio pergi dari lo," celetuk Ara, membuat Meisya kini menatapnya heran.

"Gue memang bukan siapa-siapa Rio, tapi lo temen gue Mey. Dan Rio sudah tepat memilih lo," terang Ara masih berjalan di sapingnya. Meisya tak menjawab dia hanya kembali tertunduk.

Meisya hanya berpikir, jika orang lain mengutukinya untuk menjauhi Rio, tapi Ara satu-satunya gadis yang memohon padanya untuk tetap di sisi Rio. Mungkin inilah, yang didengar sebagai keikhlasan cinta.

"Lo begitu menyukai Rio?"

Satu pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Meisya, membuat Ara kini langsung menolehnya.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang