Budayakan vote sebelum membaca ya 😊
Kurasa aku mencintainya.
🍁🍀🍁
"Lo pulang sendiri?"
"Hm," angguk Meisya pada Ara.
"Lo ke perpus dulu atau langsung pulang?"
"Tumben kepo," sahut Meisya.
"Semua ini permintaan pacar lo, gue harus bener-bener mastiin lo baik-baik aja," ucap Ara bernada sebal, Meisya hanya terkekeh kecil.
"Gak perlu segitunya juga," lirih Meisya tak habis pikir.
"Sekarang bagaimana?"
"Apanya?"
"Lo Mey, Lo!" tekan Ara. " Pulangnya gi mana?"
"Naik bus."
"Sendiri?"
"Enggak."
"Terus sama siapa?" Ara melotot.
"Kan di bus banyak orang, jadi gue gak sendiri di sana," sahut Meisya santai, Ara mendengus kesal.
"Agak susah emang ya ngomong sama lo," lirih Ara dengan gelengannya, Meisya hanya tersenyum simpul dan memasang earphonenya.
"Gue anter pulang deh," celetuk Ara saat mereka sampai di depan gerbang.
"Gak perlu, Ra. Gue bukan anak kecil, jangan turutin keposesifan Rio."
"Itu artinya dia sayang sama lo," sewot Ara. Meisya menghentikan langkahnya.
"Sebenernya gue pingin liat dia tampil."
"Tunggu apa lagi! Ini masih jam 4 lho, lo masih belum ketinggalan dia tampil kalo lo emang mau ke sana!" Ara berseru ambisius.
"Emang belum kelar?"
"Lo kurang perhatian deh sama pacar sendiri, lo gak tau apa di mading sekolah tentang acara Rio itu di mulai jam 8 pagi, final jam 5 sore dan ntar malem langsung pengumuman pemenangnya. Kalo lo emang mau temui dia, mending cepet sekarang!"
Kehebohan Ara membuat Meisya jadi ikutan tergesa-gesa, dia melirik pula jam tangan putihnya.
"Hm, gue rasa gue harus pergi," lirih Meisya dengan senyuman cerahnya.
"Harus! Tunggu apa lagi?" semangat Ara membuat Meisya mulai yakin dan bergegas dengan senyumannya itu.
Dia gadis mendung, yang hampir tak pernah tersenyum. Tapi masa putih abu-abu ini memberikan perubahan baginya, di sinilah dia bisa memanggil seseorang sebagai sahabat dan sosok yang dicinta. Rio.
🍁🍀🍁
"Hosh...hosh..." napas gadis berambut sesiku ini tak terkontrol, dia melirik jam putih di pergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Ficção AdolescenteAku ingin bercerita sebentar, tentang laki-laki bergitar putih itu. Dia yang telah menjadi pemeran utama dari cerita yang berawal dari gitar putihnya, cerita yang mungkin memang tercipta menjadi milik kita. Dia seperti matahari, terlalu menyilaukan...