"Gue cuma gak suka lo deket sama cowok lain?" ucap Rio di rooftop sekolah.
"Dia cuma anak baru," sahut Meisya tertunduk di depannya.
"Gue tau," potong Rio mulai menatap Meisya.
"Gue minta sama lo, jangan berurusan sama cowok seperti Arya," lanjut Rio, membuat Meisya kini mengangkat tundukannya.
"Kenapa?"
Hufttt... Rio mendengus dengan menarik pandangannya yang tertunduk, dia seperti kesulitan untuk mengutarakan maksutnya.
"Gue sangat kenal Arya, dan gue gak mau apa yang pernah terjadi dulu juga akan terjadi sama lo," lirih Rio mulai merekatkan jemarinya di sela jemari Meisya.
"Gue masih gak ngerti," resah Meisya dengan tatapan bingungnya.
Rio masih mengatup rapat mulutnya, padahal Meisya telah termakan kebingungan karenanya. Perlahan tangan lembut Rio mengelus kepala Meisya pelan, dan ia mulai bicara.
"Apapun yang terjadi, lo harus tetep di samping gue,"
"Apapun yang lo katakana ini, gue sama sekali gak ngerti," Meisya semakin kesal dan bingung tapi Rio menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir Meisya, satu isyarat yang memintanya untuk diam sebentar.
"Karena gue besok manggung dan gak bisa jagain lo, gue minta lo jangan jauh-jauh dari Tiara, ok?" lembut nada Rio membuat Meisya semakin resah.
Tak ada penjelasan lagi, Rio hanya memintanya untuk kembali ke perpustakaan dan dia mulai pergi menuju ruang musik.
🍁🍀🍁
"Lo bener-bener gak tau?" heran Ara sambil mengangkat bahunya, Meisya hanya menggeleng tak yakin.
"Hmm," tiba-tiba Ara tersenyum kecut.
"Gue emang gak tau banyak, tapi setidaknya gue pernah mengenal mereka. Gua dan Rio satu SMP dulu, dan juga Arya. Mereka berdua dulu bersahabat sangat dekat, tapi sekarang gue juga masih gak habis pikir sama mereka," Ara mulai membuka ceritanya sambil duduk di samping Meisya.
"Terus kenapa Rio larang gue deket sama dia, Arya satu ekskull sama gue otomatis kita satu tim," sela Meisya.
"Karena Rio takut, nasib lo seperti Sisil."
"Sisil?"
"Ya. Mantan Rio yang waktu itu pernah ngancem lo. Dulu, Rio dan Sisil dikenal sebagai pasangan serasi di sekolah, dan tentunya itu dulu bikin gue iri. Dan apa lo tau, tiba-tiba aja ada gosip, kalau Rio putus sama Sisil dan persahabatannya dengan Arya tiba-tiba juga retak. Gak ada yang tau apa yang terjadi sebenernya, tapi banyak yang menyangka, kalo mereka terlibat cinta segitiga."
"Apa sampek segitunya?" sela Meisya lagi.
"Lo kayak gak tau aja masa SMP, itu masa-masa jahiliyah Mey," terang Ara dengan senyuman remehnya.
"Dan gosib itu sepertinya benar, karena gak lama kemudian Sisil jadian sama Arya."
"Terus kenapa Sisil ngancem gue waktu itu?"
"Pertanyaan lo bagus," puji Ara sambil menepuk bahu Meisya.
"Arya hanya ingin membalas dendam dengan Rio, karena itulah dia merebut Sisil dengan tujuan menghancurkan Rio. Tapi akhirnya, Sisil tau dengan sendirinya. Karena itulah, dia terus memohon bahkan berharap kata maafnya bisa terterima oleh Rio. Tapi kayaknya, Rio bukanlah sosok yang mudah untuk ditembus hatinya. Buktinya sekarang, cuma lo yang berhasil masuk ke hati Rio yang pernah terluka itu, dan Sisil... tuh cewek ngancem lo karena ngerasa kalah telak sama lo buat dapetin Rio," papar Ara, yang kali ini membuat Meisya mulai terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama
Ficção AdolescenteAku ingin bercerita sebentar, tentang laki-laki bergitar putih itu. Dia yang telah menjadi pemeran utama dari cerita yang berawal dari gitar putihnya, cerita yang mungkin memang tercipta menjadi milik kita. Dia seperti matahari, terlalu menyilaukan...