Why?

747 47 6
                                    


"Apa ini rasanya dikecewakan?"

🍁🍀🍁

Hembusan angin senja membelai setiap helai rambut panjangnya yang terbang bersama angin, kedua bola mata bulatnya menatap lurus dengan kosong. Ponsel putih itu masih ia genggam dengan dingin, bahkan hanya angin yang menjadi nada harmoni dalam kesendiriannya ini.

3 minggu sudah berlangsung, tapi seminggu ini semenjak Rio meng-upload foto gaya barunya itu dan berjanji untuk menelfon Meisya, nyatanya dia tidak mengabari Meisya apapun. Bahkan ia melupakan janjinya itu, membuat Meisya menunggu hingga larut malam namun nihil hasilnya. Satu yang Meisya rasakan kali ini, kecewa.

"Apa dia baik-baik saja?"

"Apa semua baik-baik saja?"

"Apa tak aada masalah?"

"Apa tak ada hal buruk yang terjadi pada Rio?"

"Apa dia begitu sibuk?"

Deretan tanya itu terus berulang dipikiran Meisya, bahkan semenjak itu Meisya tak bisa jauh dari ponselnya. Rasa berharap terus muncul di benaknya, dan menunggu terus menunggu. Tapi Meisya mencoba memendam sendiri satu kekawatiran itu, mungkin Rio masih sibuk-sibuknya. Lagipula satu minggu lagi, maka Rio akan kembali. Begitukan janjinya dulu? Hanya satu bulan, dan sebentar lagi satu bulan itu akan berakhir.

"Ekhemmm..." suara kahs Angga membubarkan lamunan Meisya di atas rooftop sekolah ini, Meisya tersenyum singkat dan kembali menatap lurus ke depan.

"Apa Rio masih gak hubungin lo?" tanyanya sambil duduk di sebelah Meisya, sebulan ini Meisya dan Angga emang lebih dekat dari sebelumnya. Apalagi kealpaan Ara hingga sekarang yang belum masuk sekolah juga, membuat kehadiran Angga sebagai kesyukuran bagi Meisya.

Meisya menggeleng menjawab pertanyaan Angga barusan, sepertinya Angga dan Riopun juga hilang kontak komunikasi seminggu ini.

"Gue bakal coba hubungin temennya yang lain deh, entar kalo ada kabar gue kasih tau ke lo," ucap Angga membuat Meisya kini menolehnya.

"Hem," Meisya mengangguk, "Thanks, Ngga."

🍁🍀🍁

"Thanks, Ngga."

Lagi-lagi kata terimakasih keluar dari bibir Meisya, sore ini Angga mengantarnya pulang lagi. Tiba-tiba mama Meisya keluar dari dalam rumah melihat putrinya yang pulang diantar seseorang.

"Eh, nak Angga. Masuk dulu yuk!"

"Gak usah, tante."

"Ehh, kok gak usah. Gak baik lo nolak ajakan orang yang niatnya baik, masuk dulu ya. Kan masih gerimis juga ini, tante bikinin teh anget," ajak mama Meisya memaksa.

"Masuk aja, Ngga," pinta Meisya yang akhirnya di balas anggukan oleh Angga.

Di teras samping ruang tengah, Angga duduk memegang gelas hangat berisi teh ditemani Meisya. Awalnya suasana sempat hening, dan hanya terisi gemericik gerimis yang mulai deras.

"Mey, lo baik-baik aja?" celetuk Angga saat Meisya kini sedang membaca pesan di ponsel Angga.

"Ya, thanks infonya," sahut Meisya sambil menyodorkan kembali ponsel itu.

Meisya melamun sejenak, dia baru saja membaca obrolan di ponsel antara Angga dan Satria, teman se-bandnya Rio. Satria bahkan bisa membalas pesan iseng Angga, dan obrolan itu Angga manfaatkan untuk menanyakan kabar Rio.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang