Baru Kemarin

1.1K 63 12
                                    

Enjoy reading 😊😄


🍁🍀🍁


“Mey?” suara khas itu membuyarkan lamunan Meisya yang terduduk di taman sekolah. Rio mendekat dan duduk di sampingnya.

“Ntar pulang sekolah gue gak bisa anter, ada latihan seminggu full ini. Pekan depan, gue ada audisi lagi,” paparnya dengan tatapan teduhnya, tapi raut wajah Meisya sulit tertebak. Dia masih terngiang dengan cerita Arya yang entah itu benar atau tidak.

“Rio,” lirih Meisya pelan.

Hm?”

“Ada yang mau aku tanyain,” ucap Meisya sedikit ragu, sepasang mata mereka mulai bertemu. Rio menunggu apa yang akan ia ucapkan itu.

“Pasti kamu mau tanya kan, hari ini hari apa?” seru Rio tiba-tiba membuat ucapan Meisya tertahan.

“Aku tau kok, hari ini hari anniv kita yang ke 2 bulan kan…?” ucapnya sumringah, Meisya tersenyum hambar mendengarnya.

“Gue janji, setelah audisi selesai. Kita bisa kencan kemanapun yang kamu mau,” tambahnya lagi dengan semangat.

“Bukan itu Rio,” potong Meisya membuat senyuman Rio menciut.

“Ini… ini soal Arya.”

Please, Mey. Haruskah kita bahas dia sekarang?”

“Tapi aku ingin denger langsung dari kamu,” pinta Meisya membuat raut wajah Rio berubah dingin.

“Aku gak bermaksud hancurin suasana hari ini, tapi aku ingin tau… ini tentang kakak Arya,” ucap Meisya membuat Rio memasang ekspresi terkejut bercampur seriusnya.

“Apa Arya yang bilang?” tanya Rio dingin, Meisya mengangguk pelan.

“BUKAN AKU,” ucap Rio penuh penekanan saat Meisya mengangguk.

Ok… kematian kakaknya mungkin memang ada sangkut pautnya sama gue, karena mereka yang ngehabisin nyawa kakak Arya memang sahabat-sahabat gue. TAPI GUE SAMA SEKALI GAK TERLIBAT SAMA PERKELAHIAN ITU.” Tekan Rio lagi yang kini berdiri.

“Gue tau,” Meisya mulai mendesah resah dan ikut berdiri.

“Tapi, apa kamu gak bisa ceritakan yang sebenarnya agar gak terjadi kesalahpahaman. Apa kamu rela persahabatanmu retak karena kesalahpahaman ini?”

“Mey, percuma! Arya gak percaya sekatapun yang gue ucapkan.”

“Lo hanya perlu minta maaf,” sela Meisya, perdebatanpun sepertinya akan terjadi.

“Apa yang harus gue mintai maaf, ini bukan salah gue!”

“Tapi itu kesalahan sahabat lo, apa gak bisa lo coba ngewakilin mereka?”

“Basi Mey, basi!”

“Rio… sebuah dendam gak akan ada habisnya, kalo kebenaran tidak di ungkapin.” Lembut Meisya mencoba meredamkan amarah Rio kali ini.

“Apa harus lo ungkit ini kembali? Lo mau salahin gue juga?” tiba-tiba Rio malah membentaknya, Meisya mulai menegang hatinya. Ini untuk pertama kalinya Rio marah padanya.

“Bukan begitu, gue cuma gak mau kesalahpahaman ini akan semakin memburuk kedepannya.”

“Lo sendiri kan yang bilang, masa lalu gue adalah urusan gue, dan lo… jangan pernah lagi mojokin gue seperti ini karena ini bukan kesalahan gue!” Rio membentaknya lagi.

“Haruskah lo sekeras kepala ini? Gue hanya peduli sama lo,” lirih Meisya pelan barengan dengan air matanya yang mulai menetes. Dan pergi, Meisya kembali tertunduk dengan berlari pergi meninggalkan Rio.

Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang