19. When I Miss You

1.1K 203 20
                                    


Seperti biasa, karena terlalu kesal dengan sikap orang tuanya, lagi-lagi Seulgi enggan bergabung dan ikut makan bersama, baik itu berupa sarapan, makan siang, maupun makan malam.

"Seul, kapan kamu akan baikan dengan orang tuamu? Aissh, kau ini bukan anak kecil lagi." Sentak Yeri sambil membaca majalah di sofa kamar gadis itu. Ia dan Irene datang pada malam hari hanya untuk membawakan Seulgi makanan. Setelah Seulgi menyantap makanan khusus buatan Chef pribadinya itu, barulah ia dan Irene dapat duduk santai sambil membaca beberapa majalah fashion terbaru.

Seulgi tak perduli, setelah kenyang ia kemudian asyik dengan handphonenya. Tidak terlalu asyik sepertinya karena Kang Seulgi kini terlihat melempar benda itu ke sudut kasur.

"Kenapa lagi?" Tanya Irene. Dari tadi gadis itu hanya diam mengikuti arah pandang Yeri pada majalah. Karena Seulgi cukup berisik sambil mengomel sendiri barulah ia mengamati gadis itu.

"Apa menurut kalian ini tidak terlalu aneh? Bagaimana bisa ia tidak menghubungiku sama sekali?! Eum... Aku tahu memang aku mengatakan sesuatu yang tak pantas saat itu, tapi kenapa dia tidak berusaha menghubungiku, paling tidak sekali lagi."

Tangannya memukul-mukul bantal saking kesalnya, setelah itu Seulgi kembali mengerucutkan bibirnya tanda kesal yang teramat pada sosok Park Jimin.

"Aigoo, kau merindukannya kan?" Tanya Irene setelah menyimpulkan hasil pengamatannya bahwa alasan Seulgi bersikap aneh dan sibuk sendiri ini karena gadis itu merindukan pacarnya. Barangkali tidak. Apakah mereka sudah putus? Irene pun tidak faham.

Tak ada jawaban dari Seulgi namun ia tetap terlihat uring-uringan dan bergolek sana-sini diatas kasurnya. Dari balik majalah, Yeri menyembulkan kepalanya sedikit lalu menggelengkan kepala melihat tingkah Seulgi. Apakah masalah mereka sebesar itu? gumam Yeri dalam hati. Berdasarkan analisisnya berdasarkan apa yang diceritakan Seulgi, masalah mereka pure salah, ya. Salah faham.

"Ya sudah, kenapa tidak kau telfon saja. Jangan katakan kau tidak punya pulsa! Buat malu keluargamu saja!" Usul Irene yang ujung-ujungnya berakhir pada gurauan yang ia harap dapat membuat perasaan Seulgi lebih baik. Namun, nyatanya Kang Seulgi tak membuat sebuah senyuman sedikit pun diwajahnya, tanggapannya pada candaan iti sangat dingin dan datar.

"Untuk apa wanita menghubungi lebih dulu? Apa kata dunia?!" Katanya sambil mengidikkan bahu dengan bangga

"Ck! Kau akan mati dengan gengsimu itu." ucap Yeri dari balik majalah, kali ini ia membiarkan Seulgi dengan kegalauannya yang tiada henti.

***

Patah hati nyatanya tidak hanya membuat para wanita tenggelam dalam kegalauan. Park Jimin. Lelaki itu juga menerima dan kini menolaknya namun tidak menghadirkan solusi sama sekali. Beberapa hari menghilang dan tanpa kabar sejak kembali dari Maldive mungkin membuat Seulgi mengira bahwa pacarnya - entahlah mereka terlihat seperti sudah putus- itu sedang baik-baik saja dan melakukan kegiatannya biasa dengan cool, keren, atau apalah namanya. Namun, siapapun yang befikiran seperti Seulgi salah besar. SALAH!

"KYAAAA! AKU TIDAK MAU MAKANAN INI!"

Teriakan terdengar dari dalam kamar besar dan mewah itu. Para pelayan yang berada di luar tertunduk lesu terlebih salah seorang temannya keluar kamar dengan ekspresi hendak menangis.

"Kalian saksinya, Tuan memesan Dokbokki. Tapi setelah aku bawakan..." Nada ahjumma itu melemah. "Mungkin ini memang akhirku bekerja disini."

Pelayan yang lain memperhatikan ahjumma itu dengan tatapan sendu sedangkan gadis yang barusan keluar tepat sebelum ahjumma menepuk pundaknya. Ia merasakan hal yang sama, masuk kamar membawakan makanan sesuai pesanan lalu berakhir dengan omelan, ocehan dan sedikit makian karena memang dasarnya Park Jimin bukan orang yang suka mengumpat.

 PRINCESS WITH A CHARMING BOY [1-33 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang