1

7.8K 358 11
                                    

"Hiji, dua, Hiji dua tilu... Terangkanlah... Eta terangkanlah...."

Baru juga jam setengah tujuh, Kelas XI IPA 1 sudah ramai menyanyikan lagu buming itu. Sebenarnya mereka nggak lagi senang juga. Lantaran lagu itu merupakan bentuk pelampiasan dari PR segunung yang saat ini dikerjakan.

Tugasnya adalah merangkum satu bab soal listrik statis. Apalagi gurunya itu adalah Bu Susi. Kata merangkum sejujurnya kurang pas kalau dijadikan judul tugasnya. Melainkan menyalin buku. Lantaran Bu susi tidak akan menilai hasil tugas yang nggak lengkap. Satu kata saja nggak ada, bisa-bisa rangkuman berhalaman-halaman itu nggak akan diparaf.

Sadis, 'kan?

"Elo nyantai banget, Bos!" ejek Jamie pada teman sebangkunya yang saat ini sedang memainkan ponsel. Jamie sirik saja. Soalnya dia sedang kebut nulis tugas, eh temannya itu malah asyik-asyik main hp. Bukannya bantuin.

"Yaiyalah. Tugas kan harusnya dikerjain di rumah bukannya di sekolah," sindir Alan membuat Jamie makin bete.

"Gue kan sibuk di rumah, Lan. Kalo lo jadi gue, elo pasti ngerti."

Alan menoyor kepala Jamie sadis. "Elo sibuk dance-dance nggak jelas gitu sih! Utamain tugas makanya. Ini mah malah hobi yang dijunjung tinggi."

"Yaelah, kalo nggak punya hobi, hidup lo malah jadi bosenin. Ye kan?"

"Kata siapa?" Alan mendelik kemudian matanya menyorot ambang pintu kelas yang dilewati seorang cewek. Jamie serta-merta mengikuti arah mata Alan yang berkilat jahil.

"Hai jodoh," sapa Alan riang membuat cewek yang mau lewat di depannya melirik kesal.

"Apaan lo?!"

"Jangan galak-salak sama gue. Nggak dapet nafkah, baru tau rasa lo!"

Farah mendengus. Baru saja masuk kelas sudah dapat jatah jahilan dari Alan. Cewek itu nggak habis pikir. Alan kerasukkan apa sampai-sampai tiap hari nyapa dia dengan sebutan jodoh. Jadi, daripada Farah menjambak rambut rapinya Alan, ia langsung ke meja paling belakang. Dan di sana sudah ada Tamara yang sedang ribet sama tugasnya.

"Nugas lagi?" tanya Farah sambil menyimpan tasnya. Tamara hanya mengangguk. Cewek itu kelihatan lagi lomba nulis maraton. Farah pun mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.

Benar-benar sudah menjadi rutinitas. Kalau giliran Bu Susi yang ngajar, pasti mendadak pada rajin. Yang biasanya rumpi dulu sebelum masuk, harus terpaksa pacaran dulu sama buku Fisika.

Menyedihkan.

Lantas kedua mata Farah mengarah ke meja paling depan. Di sana Alan sedang memainkan hp, berlainan dengan teman sebangkunya yang rusuh soal tugas.

Alan memang paling rajin dari yang terajin. Dua semester berturut-turut, cowok itu menyambet ranking satu di kelas. Membuat Farah terkagum-kagum sendiri pada kelebihan Alan itu.

Muka Farah kemudian memerah. Sudah satu tahun, dia memendam perasaan itu. Perasaan fitrah pada lawan jenis. Lagian siapa yang nggak bakalan baper kalau tiap hari disebut jodoh? Farah juga cewek yang dominan pakai perasaan. Tapi, Alan malah cuek bebek gitu aja. Udah baperin, langsung pergi.

Dasar PHP!

**

"Jamie!" panggil Bu Susi memecah ketegangan kelas. Seusai memeriksa hasil rangkuman, beliau memerintahkan kepada penghuni XI IPA 1 untuk mengerjakan salah satu soal esai di buku paket. Waktu pengerjaannya cuma dua menit. Setelah itu, beliau akan memanggil murid beruntung untuk mengerjakan soal itu di papan tulis.

Jamie yang namanya terpanggil mengangkat tangannya pelan. Bu Susi menyeringai seolah senang mendapatkan umpan terbaik.

"Silakan ke depan," ucap Bu Susi santai.

Dermawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang