6

4K 258 4
                                    

Farah sudah siap pergi ke luar kelas dengan tas di punggungnya. Tapi, langkahnya dicegat oleh Alan yang berdiri bersama senyum khasnya.

“Kenapa?” tanya Farah mencoba menghalau ingatannya soal kejadian di lapangan pagi tadi.

“Gue nggak bisa pulang bareng. Gue ada rapat MPK, Far,” jawab Alan merasa tidak enak. Padahal kan Alan baru sekali pulang bareng sama Farah. Itu juga karena paksaan.Tapi, kenapa hari ini nggak pulang bareng, Alan harus lapor segala?

“Pulang aja kali. Gue bisa pulang sendiri.”

Alan tersenyum canggung. “Iya sih! Kenapa juga gue lapor sama elo ya? Elo kan yang harusnya minta nebeng sama gue?”

Farah telah membentuk kepalan di tangannya untuk menimpuk kepala Alan. Tapi, cowok itu serta-merta ngacir ke luar kelas dengan suara pintu terbanting ke tembok.

Cewek itu lantas melanjutkan langkahnya kembali. Namun, Tamara sudah menarik tangan Farah untuk berbalik. Farah menghela napasnya. Ada apa lagi sih? Dia benar-benar lelah hari ini. Tenaga dan hatinya sudah terkuras habis seharian ini.

Apalagi saat pelajaran sejarah tadi. Bukannya fokus pada kronologi the dark age, Farah malah sibuk mengingat kronologi kenapa Luna bisa datang ke lapangan.

“Apaan, Mar?”

Tamara mengambil telapak tangan Farah dan ia meletakkan flashdisk berwarna hitam di tangan Farah. Farah mengernyit bingung. “Punya siapa?”

“Punya Alan. Tolong lo balikkin ya?” pinta Tamara dengan senyum misteriusnya. “Gue abis minta drakor pake flashdisknya Alan.”

“Kenapa lo nggak kasih sendiri barusan?”

“Ya, gapapa. Biar sama lo yang balikinnya,” goda Tamara membuat Farah mendelikkan matanya jengah. Walaupun begitu, Farah memasukkan benda kecil itu ke dalam saku seragamnya. Menyusul Jamie yang sedang menunggu di depan kelas.

“Lo gapapa pulbar gue? Si Mail gimana?”

“Dia ada latihan kabaret. Yaudah gue duluan balik aja.”

Farah mengangguk tanda mengerti. Keduanya pun menuju parkiran tanpa ada percakapan di dalamnya.

**

Farah turun dari motor matic Jamie setelah keduanya sampai di sebuah bangunan yang tidak lagi asing. Farah memberikan helmnya pada Jamie, lantas merapikan rambut dan seragamnya.

“Lo mau langsung ke ruang latihan?” tanya Jamie seusai mereka masuk ke dalam bangunan tersebut. Di sana, ada dua orang cowok yang menyambut kedatangan mereka.

“Oi Jam,” sapa cowok yang berkulit putih melakukan highfive dengan Jamie. Disusul oleh cowok yang berkulit lebih gelap.

“Bawa si Arab lagi?” goda cowok kulit putih tersebut mengerling pada Farah.

Stop panggil gue Arab! Gue limited di Indonesia tauk!”

Rizal dan satu temannya yang bernama Dani kontan tertawa.
Farah dan teman-teman grup Jamie sudah akrab. Berawal dari Farah yang memang tipikal supel dan teman-teman Jamie yang pada gila. Intinya, kedua sisi tersebut membuat Farah nyaman jika datang kemari.

“Lo duluan aja, kita mau ganti baju,” ujar Dani pada Farah sambil membetulkan kaos yang ada di bahu kanannya.

“Di dalem ada siapa?”

“Ada Reza, Bima sama Lintang.”

Farah mengangguk dan lebih memasuki gedung tersebut menuju tempat latihan grup cover dance Jamie.

Dermawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang