13

3.5K 229 2
                                    

Farah mengikat rambutnya sambil berjalan menuju kasurnya. Ia mengambil ponselnya dari sana dan mendapati tidak ada pesan satu pun.

“Nasib jomblo,” keluh Farah menatap layar ponsel itu nanar.

Kemudian ia menghela napas panjang seraya melihat meja belajarnya. Ada satu buku di sana dan Farah kembali mendekatinya. Ada sebuah notes tertempel juga di depan temboknya.

Ulangan Biologi besok

Farah menepuk dahinya dan meringis. Farah nggak lupa soal ulangan besok, tapi masalahnya Farah nggak tahu harus belajar bagaimana. Ia paling tidak suka membaca. Dan pelajaran biologi memaksanya untuk membaca.

Dari pulang sekolah, sebenarnya Farah sudah mulai menghafal. Tapi, keburu kepalanya mumet, Farah memutuskan untuk main dulu sama Fathan. Bisa jadi hidayah itu datang. Nyatanya, setelah melihat buku biologi yang tidak ada satu gambar pun di sana, Farah kembali lemas.

“Gue butuh guru,” Farah mengigit bibirnya dan berkacak pinggang.

“Gue minta tolong Alan aja kali ya,” ucap Farah seraya mengusap dagunya, berpikir. Lantas ia menggeleng, “Nggak deh. Dia kayaknya ada apa-apa pas udah ngasih medali.”

Tak lama, Farah menjetikkan jarinya dan kembali ke kasur. “Gue ke Arya aja deh.”

Farah kemudian mengutak-ngatik ponselnya. Mengirim pesan pada Arya tentang kesusahannya belajar.

Arya Alfaridzi
Boleh. Gue free call atau video call?

Belum sempat membalas, satu chat datang dari orang lain. Setelah mengetahui siapa pengirimnya, tersungging senyum di wajah manis Farah. Cepat-cepat ia memabalas pesan tersebut.

Farah Alfarabi
Gue lagi mau belajar, sempak dajal

Alan Dermawan
Emang lo bisa belajar sendiri? Baca aja lo susah banget

Bibir Farah berkedut. Senyumnya berubah menjadi decakkan kesal. Farah tahu, dia paling susah buat belajar lama apalagi membaca. Sampai sekarang pun ia bingung, ia bakat di pelajaran apa. Tidak ada satu pun materi yang melekat di otaknya. Karena sebal, Farah mengirim chat-annya bersama Arya barusan.

Farah Alfarabi
Nih guru gue

Farah menunggu balasan dari Alan setelah ada tanda read di sana. Tapi, tidak ada satu pun pesan yang Alan kirim. Malahan banyak chat Arya yang terus menanyakan lewat apa Farah mau belajar. Tapi, belum juga Farah balas. Sebuah ketakutan muncul. Sudah lima menit Alan hanya membaca pesannya.

“Alan marah nggak ya?” Tatapan kesalnya berubah menjadi cemas. Ia mengetuk-ngetuk ponselnya dan sesekali mematikan lalu menyalakan kembali penggunaan data di ponselnya. Takut-takut ternyata pesan Alan nyangkut di satelit. Namun, hasilnya nihil.

Farah memutuskan untuk ke luar kamar. Siapa tahu sinyalnya sedang error. Tapi, belum sampai di depan knop pintu, Umi datang.

“Ada Alan di ruang tamu, Far.”

Wajah Farah cengo, idiot. Mulutnya menganga dengan dahi bergelombang. Otaknya mendadak konslet. Seperti dikabari Farah dilantik jadi presiden Amerika. Mustahil.

“Umi nggak bohong?” tanya Farah pelan penuh ketakjuban.

“Katanya kamu minta Alan yang ke sini buat belajar bareng.”

Farah mengerjapkan matanya beberapa kali. Masih tidak bisa mencerna setiap realita yang terjadi. Kenapa Alan tiba-tiba jadi malaikat penyelamat begini?

Dermawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang