18

3.2K 206 17
                                    

Mail menatap gedung di depannya. Sepulang dari latihan kabaret, ia memutuskan untuk menemui Jamie di tempatnya latihan modern dance. Mail mau Jamie memutuskan pertaruhan konyol waktu itu. Selain tidak ingin keluar duit kalau kalah, Mail juga tidak mau Jamie mengetahui fakta soal Alan dan berakhir memberitahu Farah.

Sesampai di dalam gedung, Mail disapa oleh beberapa orang yang berpapasan keluar. Mail yang pembawaannya asyik dan acap kali mengunjungi Jamie, membuat cowok itu terkenal. Apalagi tingkahnya yang gemulai membuat lelucon di tengah kesibukkan gedung tersebut.

Ruang latihan Jamie sudah tampak di depan mata. Tapi, ada sesosok yang membuatnya mengernyitkan dahi. Di sana ada seorang cewek duduk di atas kursi sambil memainkan ponselnya. Sekilas, Mail seperti mengingat wajah cewek tersebut. Selintas ingatan konyol datang ke otaknya. Daripada berasumsi sendiri, Mail mendekat.

“Lo Nabilah JKT patdelapan itu, 'kan?” cewek itu mendongak dari ponselnya. Ia celingak-celinguk dan akhirnya menunjuk dirinya sendiri.

“Iya, lo artis itu, 'kan?”

Cewek itu berdiri. Mail sempat meringis ternyata kalau lebih dekat, dia bukan Nabilah seperti tuduhannya. Cuma giginya yang gingsul dan senyumannya yang amat Mail kenal, membuat Mail sedikit percaya pada asumsinya.

“Bukan,” jawab cewek itu lembut, “Nama saya Nadira.”

Mail mengerjapkan matanya. Cowok itu memerhatikan cewek yang namanya Nadira itu dari atas ke bawah. Kulitnya memang lebih gelap daripada Nabilah yang pernah Mail lihat waktu main di mall.

Tak lama, ia tersenyum malu. “Sorry, gue kira lo Nabilah.”

Cewek itu tertawa kecil. Kemudian, pintu latihan di samping posisi mereka terbuka. Menampakkan sosok yang Mail kenali.

“Jam, lo udah selesai latihan?”

Jamie tidak mengindahkan pertanyaan Mail. Cowok itu melengos ke arah cewek yang barusan Mail ajak ngobrol.

“Kamu udah lama nunggu ya?”

Nadira menggeleng. Mail termangu dengan wajah cengonya. Jamie berujar halus dan Mail beberapa kali harus mengambil kesadarannya yang mulai raib.

“Di-dia siapa Jam?”

Jamie berpaling. Rupanya ia baru menyadari kalau ada Mail berdiri. “Lo baru datang atau dari tadi?”

Sialan! Jamie malah sengaja membuat Mail mati penasaran.

“Dia pacar lo?”

Mail menanyakan spekulasi yang tiba-tiba terlintas di otaknya. Jamie tersenyum bangga dengan seringaian yang entah kenapa selalu membuat Mail mual.

“Iya, dia pacar gue. Namanya Dira.”

Seperti diumumkan waktu kematiannya, Mail menganga. Cowok selengean kayak Jamie mendapat bidadari kayak Nabilah JKT48? Jangan-jangan cowok itu pakai pelet super ampuh.

“Lo nggak pake jin, 'kan?” tanya Mail sedikit berbisik. Jamie refleks menimpuk kepala Mail agak keras. Nadira meringis. Punya pacar ternyata sadis juga.

“Lo kira gue pake pesugihan?” Jamie memelotot dan Mail memberengut mengusap kepalanya.

“Gue cuma tanya.”

“Makasih! Pertanyaan lo bermutu banget,” sarkas Jamie menyindir. “Lagian ngapain lo ke sini? Lagi ada butuhnya?” sambung Jamie dengan ucapan pedasnya. Ternyata cowok itu sudah ketularan penyakit Mail. Mulut mercon syndrom.

“Enak aja. Gue cuma mau ngomong sesuatu sama elo kok!”

“Ngomong apaan?” Jamie mengernyitkan dahinya. Mail melirik Nadira yang menampakkan wajah keponya. Nyatanya semua cewek sama aja. Langsung mupeng kalau ada berita hot.

Dermawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang