Luna masih berkutat dengan laptopnya. Seusai kumpul MPK, ia diberi tugas untuk memberikan laporan evaluasi bulanan pada Rio dan harus hari ini juga selesai. Belum lagi beberapa revisi karya ilmiah yang akan diajukan untuk perlombaan.
Sebenarnya sebagian besar, Alan yang mengerjakan dan dirinya yang menambah-nambah di beberapa bagian. Lalu, karena Alan sedang ada acara dadakan keluarga, Luna terpaksa menerima tugas untuk merevisi kesalahan makalahnya itu. Lalu, ia juga mengirimkannya pada email juri untuk dinilai.
Karena Luna terlalu fokus pada pekerjaannya, seseorang terpaksa masuk ke dalam ruang OSIS. Menghampiri Luna dan duduk di sampingnya.
"Gue boleh ganggu nggak?"
Luna serta-merta berjengit dan menoleh. Di sana seorang cowok tersenyum ramah menyapanya.
"Lo Arya ya?" tanya Luna membalas senyuman Arya.
"Iya. Gue Arya."
"Lo ada perlu apa? OSIS sama MPK udah pada pulang. Lo ada perlu sama Rio?" Luna menghentikan tugasnya dan menyimpan file tersebut. Arya sempat melirik monitor di depan Luna dan berpaling kembali pada cewek yang sebenarnya dielu-elukan banyak orang itu.
Tapi, Arya menganggapnya biasa. Cewek semacam Luna hanya dianggap sebuah piala. Sebuah penghargaan bagi siapapun yang memilikinya. Jadi, Arya tidak membutuhkan itu.
"Lo yang jadi partner Alan buat lomba KIR itu, kan?"
Luna mengangguk. "Kenapa emang?"
"Gue mau minta nomor induk lo sama Alan buat pendataan ke sekolahnya. Gapapa?"
"Boleh," Luna lalu mengambil buku di samping laptopnya dan menyobek bagian tengahnya. Menuliskan apa yang Arya perlukan. "Kenapa nggak lo cari kertas absen aja? Jadi, lo nggak perlu kesini," imbuhnya sembari menulis.
Arya terdiam. Tidak mungkin menyebutkan tujuan sebenarnya pada Luna. Mumpung Luna sedang tidak melihatnya, Arya manfaatkan untuk berkilah.
"Gue kebetulan lewat sini, Lun."
"Oh gitu," sahut Luna, "Yaudah nih," lanjutnya lalu memberikan kertas berisi nama lengkap dan nomor induknya serta Alan yang sudah ia hafal di luar kepala. Karena terlalu seringnya mereka lomba bersama.
"Thanks ya. Kayaknya Alan beruntung deh dapet partner kayak elo," puji Arya membuat Luna tersipu malu.
"Biasa aja kok. Mungkin udah kebiasaan, jadi kita enjoy aja," kata Luna merendahkan diri, "Emang lo partnernya siapa?"
"Kalo gue sama Ivan."
"Wakil elo ya?" tanya Luna ragu.
Arya mengangguk dan Luna hendak kembali pada aktivitasnya, tapi Arya serta-merta memanggilnya.
"Kenapa, Ya?"
"Lo... seneng ikut lomba ini?" Arya mendadak serius membuat Luna menatapnya penuh tanda tanya.
"Kok lo nanya gitu?"
Arya mengusap tengkuknya gugup. "Sebagai testimoni aja sih!"
"Gue sih seneng-seneng aja. Apalagi ini pengalaman pertama gue sama Alan lomba karya tulis."
"Kayaknya kalian udah lama deket ya?" Arya mulai menginterogasi, namun dengan cara yang cantik dan mungkin sedikit licik. Cowok itu sebenarnya sudah tahu gelagat Alan dan Luna seperti tak mau terpisahkan. Jadi, mumpung ada kesempatan, tidak mungkin Arya sia-siakan untuk mencari informasi. Salahkan otaknya yang terlalu peka dan kritis.
"Sebenernya..." Luna ragu melanjutkannya. Mengingat ia pernah mengumbar rahasia hubungannya. Walau hanya pada Vita sang teman semeja plus cowok banci yang tidak Luna kenal. Tapi, Luna tetap merasa bersalah karena melanggar janjinya pada Alan. Di sisi lain juga, Luna ingin orang-orang tahu hubungan spesialnya dengan Alan.
![](https://img.wattpad.com/cover/117516765-288-k906582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dermawan [COMPLETED]
Novela JuvenilFarah baper duluan ketika Alan terus saja menyapanya dengan panggilan jodoh. Belum lagi godaan-godaan cowok itu yang kadang bikin teman sekelas berpikir mereka punya hubungan spesial. Padahal, Farah yakin, Alan tidak pernah menyatakan suka padanya...