Hari ini Alan memutuskan untuk memperjelas semuanya pada Farah. Semua kesalahpahaman dan kenapa ia begitu kejam menarik ulur perasaan Farah. Alan juga ingin mengatakan hal sejujurnya pada cewek itu. Walau Farah tidak ingin mendengarkannya. Bahkan, persetan pada janjinya pada Arya. Alan tidak ingin pikirannya terus digerayami oleh setumpuk masalah yang belum pernah ia alami. Dan kuncinya adalah sebuah kejujuran.
Tapi, Farah belum datang juga. Lima menit menuju bel masuk. Hari ini adalah perwalian, bukan jadwal upacara. Berarti Farah tidak akan bertandang dulu ke UKS. Jadi, kenapa cewek itu belum menunjukkan batang hidungnya?
“Git, hari ini siapa yang nggak masuk sekolah?” tanya Alan pada Gita yang masih sibuk dengan agenda kelasnya. Cewek itu mendongak dan kembali fokus pada kegiatan awalnya.
“Farah nggak ada kabar kalo lo mau tau itu,” sahut Gita seadanya. Cewek itu ternyata masih agak sebal pada Alan. Karenanya ia harus taruhan sama Mail. Walau dirinya belum juga melanggar, Gita takut keceplosan. Apa lagi sudah beberapa kali cewek itu hampir mengumbar fakta Alan dan Luna pacaran.
“Lo udah nanya sama orangnya?”
Gita melempar pulpennya kesal. Hari ini adalah hari pertama Gita menstruasi. Belum lagi dia juga harus mengurus rekapan absen dan daftar guru yang hadir ke kelas. Tapi, Alan dengan seenaknya menyepelekan tugasnya. Memang Gita hanya mengurus Farah saja?
“Kenapa nggak lo tanya sendiri aja?”
“Itu kan tugas lo sebagai sekretaris.”
Tuhkan. Cowok nggak simpati. Coba saja Alan jadi sekretaris. Pasti kerjaannya marah-marah mulu.
“Terserah,” ujar Gita tidak acuh. Cewek itu kembali pada tugasnya. Tidak menggubris Alan walau cowok itu masih menunggu jawaban dari Gita. Hingga bel masuk pun berbunyi. Alan kembali menghadap ke depan. Tanpa sepengetahuan Alan, Gita mengumpat pelan bersama bibir yang dibentuk aneh-aneh, mencibir niatnya.
Sementara itu, Alan masih memandang resah pintu kelas. Belum ada tanda-tanda datangnya Farah. Alan cemas sendiri. Antara telat atau sakit atau bisa jadi bolos. Semua macam spekulasi mulai menggerayami pikiran Alan.
Sampai akhirnya, sosok yang ditunggu Alan datang. Tapi, kekecewaan harus Alan telan lamat-lamat. Farah datang bersama wali kelas IPA 1. Yang berarti, Alan tidak ada waktu untuk berbicara dulu bersama Farah.
**
“Lan, kantin?” tanya Luna sewaktu Alan dan Jamie sudah berada di luar kelas.
“Sorry, Lun. Gue sama Jamie aja hari ini ke kantinnya.”
“Gapapa. Kita bareng aja,” kata Luna sambil menarik tangan Alan. Tapi, cowok itu agak risih dan melepaskan tangan Luna begitu saja. Padahal biasanya Alan akan baik-baik saja bila Luna menyentuh tangannya. Tapi, semenjak ia menimang-nimang nasehat Latifah, Alan merasa apa yang dilakukannya dan Luna adalah hal yang salah.
“Lo sama temen lo aja, ya?”
Luna memudarkan senyumnya. Alan sampai tidak tega melihat senyum itu tiada lagi. Tapi, mau bagaimana pun ini lebih baik daripada ia menyakiti hati Luna dan Farah lebih sering lagi.
“O-oh iya. Gue duluan kalo gitu,” ucap Luna berat hati. Ada kilatan kekecewaan di matanya. Namun, cewek itu sudah berlalu sebelum Alan mengatakan maaf lagi. Jamie menepuk pundak Alan. Mengerti kalau ada sesuatu yang sedang Alan alami. Kedua cowok itu pun melanjutkan langkahnya menuju kantin.
Setiba di kantin, Jamie mengedarkan pandangannya ke seluruh area di depannya. Kantin tampak pengap dan penuh. Cowok itu mencari meja yang kosong dan muat untuk mereka berdua. Jamie langsung memberi kode kepada Alan sewaktu dirinya mendapati meja yang cukup untuk keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/117516765-288-k906582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dermawan [COMPLETED]
Ficção AdolescenteFarah baper duluan ketika Alan terus saja menyapanya dengan panggilan jodoh. Belum lagi godaan-godaan cowok itu yang kadang bikin teman sekelas berpikir mereka punya hubungan spesial. Padahal, Farah yakin, Alan tidak pernah menyatakan suka padanya...