Menurut Farah, hari ini itu mendung. Walau awan tidak menghalangi matahari tersenyum dan musim penghujan belum datang, kata cewek itu hari ini kelabu.
Tidak ada sapaan yang memanggilnya jodoh sewaktu datang ke kelas. Tidak ada lagi kalimat-kalimat yang bikin enek, tapi bikin jantung Farah deg-degan. Inti dari semua yang tidak ada di hari ini adalah Alan masih mendiamkannya.
Ini sudah entah ke berapa kalinya Alan sedang dalam fase emosional. Kendati cowok itu tidak hanya mendiamkan Farah, tapi juga sekelas, Farah tetap galau.
Tidak semangat.
Tidak ada yang mengajaknya berdebat.
“Apaan sih, Jam?! Kalo mau duduk, duduk aja! Nggak usah pake mulut!” Suara Alan menggelegar. Satu kelas tiba-tiba bergeming. Jamie langsung cemberut. Salah, karena bergurau di saat penyakit moody Alan kambuh.
Semua orang lantas menyorot kepergian Alan yang ke luar kelas. Kemudian ada beberapa juga yang melihat ke arah Farah. Tapi, cewek itu seolah terbiasa. Jadi, Farah menunjukkan wajah innocentnya, meski gagal.
“Alan kenapa, Far?” bisik Tamara. Farah mengedikkan bahunya. Dari kemarin Alan tidak bercerita apapun. Ketika chat, Alan tidak membalasnya kendati cowok itu membacanya. Semenjak pulang sekolah kemarin, Farah tidak mendapat informasi apapun soal cowok itu. Kecuali kabar Alan yang ada kumpul MPK.
Oh iya, kenapa Farah baru sadar ya? Alan jadi moodyan kayak sekarang pasti ada sangkut-pautnya sama hal itu.
Tidak mau banyak berasumsi, Farah kemudian menuju meja yang ada di belakang meja Alan. Di sana ada Gita Maharani. Cewek yang satu organisasi sama Alan. Sekaligus cewek yang suka dijodoh-jodohin sama Mail.
“Git, lo tau nggak kemarin di MPK ada insiden apa?”
Gita yang sedang menulis absen satu kelas, mendongak. Cewek itu menerawang, seperti mengingat-ngingat sesuatu.
“Kayaknya ada, deh,” ujar Gita ragu.
“Yang bener,” desak Farah lantaran Gita suka membuat Farah penasaran. Sebab ini bukan pertama kalinya Farah menanyakan perihal Alan pada Gita. Cowok itu selalu mendadak moodyan kayak sekarang, biasanya kalau sudah kumpul.
“Iya deh. Kemarin tuh anak adu mulut sama Amel.”
Alis Farah tertaut. “Kok bisa?”
“Jadi, Amel kan bendahara di pemilihan ketos sekarang. Dia presentasiin anggaran biayanya kayak gimana. Alan ikut bersuara, dia nggak setuju. Amel yang keras kepala, Alan yang nggak mau kalah. Lo tau kan hasilnya gimana?”
Farah memanggut. Alan dan sifat perfeksionisnya. Dia paling nggak suka sama orang-orang yang tidak mengikuti alur pikirannya. Kalau sampai menolak, sama saja menyiram api dengan minyak tanah. Alan akan meledak. Apalagi Amel adalah salah satu cewek yang tinggi hati. Apapun yang dilakukan olehnya selalu dianggap benar. Sebelas dua belas sama Alan.
“Kok kayaknya parah banget sampe Alan emosian gitu?”
“Lo bayangin aja banteng lawan banteng kayak apa hasilnya.”
Farah mengangguk tanda mengerti. “Oke, thanks ya Git,” ujarnya dan Gita kembali melanjutkan tugasnya. Farah balik lagi ke mejanya.
Semua pertanyaan yang ada di benak Farah mulai terjawab satu-satu. Selama penyebab Alan moody bukan dirinya, Alan akan normal kembali meski Farah tidak melakukan usaha apapun untuk meredakan mood Alan. Justru kalau Alan diganggu sekarang, sama saja menyulut api. Mungkin dengan Farah menjauhi Alan, cowok itu akan menyadarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dermawan [COMPLETED]
Novela JuvenilFarah baper duluan ketika Alan terus saja menyapanya dengan panggilan jodoh. Belum lagi godaan-godaan cowok itu yang kadang bikin teman sekelas berpikir mereka punya hubungan spesial. Padahal, Farah yakin, Alan tidak pernah menyatakan suka padanya...