Semenjak Farah menangis di sekolah, sehari setelahnya cewek itu nggak masuk. Selain karena malu matanya bengkak, Farah juga sangat kesakitan. Untuk berjalan pun, rasanya kesulitan. Jadi, Farah lebih memilih istirahat di kasur selama seharian.
Dan hari ini cewek itu sudah masuk sekolah. Tidak ada semangat seperti biasa. Padahal, biasanya Farah punya motivasi sendiri untuk masuk ke kelas. Bukan karena pelajaran tentunya. Melainkan sosok yang selalu membuatnya baper.
Tapi, entah kenapa hari ini rasanya Farah mau bolos. Bawaannya malas. Walau fase emosionalnya sudah reda, nyatanya Farah masih terbawa emosi. Untuk tersenyum pun rasanya berat sekali. Intinya, mager begete.
"Far, hari ini gue ada latihan. Ikut nggak?" tanya Jamie setelah Farah masuk ke kelas. Farah melirik kursi sebelah Jamie yang hanya ada tasnya saja.
"Ikut," jawab Farah datar. "Gue juga lagi gabut."
Jamie mengacungkan jempolnya dan Farah lekas ke kursinya. Di sana, ada cowok yang benar-benar membuat Farah tiba-tiba naik darah. Mau marah, tapi rasanya berat sekali. Apa mungkin ini salah satu efek sering dibaperin ya?
"Awas," usir Farah dingin. Cowok yang sedang menjelaskan beberapa materi pada Tamara tersebut lantas mendongak.
"Bentar," Alan menyahut dan memberikan kalimat penutup pada Tamara. Farah cuma bisa mendengus tidak membalas apa-apa lagi. Tak lama, Alan pun berdiri tanpa ada kalimat apapun untuk menyapa Farah.
Farah sudah kepalang kesal. Ia melemparkan bokongnya dengan agak kasar. Mau mengumpat pun percuma saja. Jadinya, Farah hanya bisa menahan seluruh bahasa kasar di ujung lidahnya.
"Lo marahan lagi sama Alan?"
"Kagak tau!" cetus Farah sedikit keras. Tamara kicep.
"Gue nanya juga," rajuk Tamara mengerucutkan bibirnya.
Farah menahan dengusan bantengnya. Ia memang tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya dan Alan. Dua hari kemari Alan sama sekali tidak berinteraksi dengannya. Saat sakit pun, Alan sama sekali tidak menanyakan kabar apalagi menjenguk. Malahan Latifah dan ibunya yang datang membawakan buah-buahan. Ketika ditanya, bilangnya Alan belum pulang sekolah. Padahal, itu sudah sore. Farah kemudian berasumsi sendiri. Pasti sama Luna.
**
Hari ini Bu Linda masuk seperti biasa dengan membawa setumpuk buku Undang-undang dan konstitusi lainnya. Aura yang friendly, membawa kebahagiaan sendiri untuk warga XI IPA 1. Soalnya setelah ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia yang ekhem bikin kelas ngantuk semua.
"Pagi Anak-anak!" seru Bu Linda setelah mengucapkan salam dan dibalas tak kalah semangat oleh seisi murid di kelas.
"Hari ini Ibu akan membagi kelompok menjadi sepuluh dan berarti ada tiga orang dalam satu kelompoknya," jelas Bu Linda antusias dan semua murid memerhatikannya secara seksama, walau ada juga yang melenguh kesal.
"Tugasnya ibu beri tahu setelah pembentukan kelompok. Nah, menurut kalian kelompoknya mau ibu yang tentuin atau bebas saja?"
"BEBAS!!" jawab seluruhnya serempak.
"Kalian itu udah dua tahun masih pilih-pilih aja," Bu Linda geleng-geleng sambil mengambil absen dari meja.
"Kan biar Alan sekelompok sama Farah, Bu!" celetuk seseorang membuat Bu Linda melirik pada Alan yang sedang mendelik tajam pada orang itu.
"Kamu mau sama Farah lagi, Lan?" goda Bu Linda membuat Alan sedikit terkejut.
Lalu, Alan menggeleng dan tersenyum santun, "Nggak usah, Bu."
![](https://img.wattpad.com/cover/117516765-288-k906582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dermawan [COMPLETED]
Teen FictionFarah baper duluan ketika Alan terus saja menyapanya dengan panggilan jodoh. Belum lagi godaan-godaan cowok itu yang kadang bikin teman sekelas berpikir mereka punya hubungan spesial. Padahal, Farah yakin, Alan tidak pernah menyatakan suka padanya...