26

3.2K 197 3
                                    

Ada dua hal yang mustahil Farah ubah dari kehidupannya. Yakni, menjadi si rapi dan si rajin. Rapi dalam penampilan dan rajin belajar kalau nggak ada ulangan. Kedua hal tersebut, Farah pikir akan dilakukan kalau besok akan kiamat atau Farah mendadak diancam oleh seorang psikopat.

Tapi, hari ini adalah pengecualian. Farah yakinkan hari ini bukan hari kiamat. Dan juga Farah tidak menemui psikopat. Pasalnya, hari ini Farah tampak berbeda. Rambut yang biasa terurai, sekarang dikepang sebagian. Kulitnya yang biasa hanya dilapisi bedak bayi, sekarang dilindungi cream khusus kulit. Lipbalm merah muda menjadi salah satu ikonik wajah mungil Farah. Belum lagi parfum feminim menyeruak setiap ia lewat.

Semua yang kenal cewek itu terheran-heran. Tak sedikit juga yang terpesona karena Farah yang tampak berbeda dan lebih anggun. Langkahnya yang biasa lebar, sekarang berlenggek-lenggok khas seorang gadis seusianya. Lengkungan bibir yang biasanya dibuat datar, sekarang terulas ke atas. Mengajak orang-orang untuk tersenyum ke arahnya. Intinya, SMA Pergerakan Baru sedang dikunjungi bidadari.

“I-ini Farah?” tanya Arif seusai membuang sampah rautan pensil di depan kelas. Ketua kelas itu mengerjapkan matanya beberapa kali.

“Lo pake susuk ya?”

Farah geram dan langsung menimpuk kepala Arif keras. Membuat cowok itu mengaduh dan mengusap kepalanya.

“Sialan lo! Nyesel gue milih lo jadi KM,” hardik Farah, kembali pada wajah suramnya.

“Gue nggak bohong. Sekarang lo cantik, Far,” puji Arif membuat pipi Farah memanas. Cewek itu tidak bisa menahan senyumnya. Farah memilin ujung rambutnya dan bergaya sok centil.

“Gue biasa aja kok, Rif,” Farah mendorong bahu Arif pelan. Arif serta-merta mengernyit. Farah kayak banci yang kurang belaian.

“Lo nggak pantes centil-centil kayak gitu.”

Farah merubah signifikan wajahnya. Dari ceria menjadi raut malaikat yang meminta pertanggungjawaban dosa manusia. “Lo bilang lagi, gue racuni lo pake obat mencret!”

“Biasa aja keles,” Arif mendelik. “Btw, kalo lo kaya gini terus, boleh dong gue jadi pacar lo?”

Farah bersiap menjitak kepala Arif. Tapi, cowok itu sudah lebih dulu melarikan diri karena takut otaknya geser saking kerasnya Farah menabok kepalanya.

Farah masih terdiam di depan kelas. Farah menarik napas dalam dan diembuskannya pelan. Seperti mau ketemu presiden. Padahal mah nggak selebay itu. Farah cuma ketemu teman sekelas. Khususnya Alan yang pasti bakalan terpesona sama Farah. Lihat saja nanti.

Farah ancang-ancang. Merapikan pakaian dan mengusap rambutnya. Pita merah muda kecil bertengger indah. Dipastikan jangan sampai posisinya nggak berfaedah. Oke, Farah siap.

Ia masuk ke dalam kelas. Tapi, mukanya langsung masam. Hampir semuanya sedang sibuk mengerjakan tugas Bu Winda. Sebagian lagi ada yang persiapan presentasi. Intinya, Farah nggak diperhatiin.

Farah berdecak. Kemudian berjalan masuk ke dalam barisan. Dirinya sempat bersitatap dengan Alan. Tapi, reaksi cowok itu di luar harapan. Alan malah fokus mengajarkan Jamie. Kesimpulannya, Farah gagal total jadi pusat perhatian.

“Lo ngapain deh berubah kayak gini, Far?” Tamara takjub. Ia melihat penampilan Farah berbeda seratus delapan puluh derajat dari biasanya.

“Lo nggak kecelakaan, kan?” imbuh Tamara membuat Farah makin suram.

“Diem lo,kampret!”

“Cantik sih cantik. Bahasanya juga diubah kali, Far.”

Farah tak menggubris. Ia menatap Alan yang malah sibuk dengan dunianya. Setidakpenting apakah dirinya hingga dilirik pun nggak? Alan kenapa? Farah ingin tahu.

Dermawan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang