"Astaga." Alger langsung menjauhkan dirinya saat tidak sengaja mencium pipi Dira. Demi Tuhan, Alger tidak bermaksud untuk bersikap kurang ajar seperti itu. Ia tidak sengaja. Demi Tuhan, Alger tidak sengaja.
"Maaf, gue ga sengaja." Ucap Alger sambil menampikan mimik wajah yang sangat bersalah. Tentu saja ia merasa tidak enak pada Dira saat ini. "Maaf." Ucapnya lagi di akhir.
Dira yang masih terlalu shock untuk menerima kenyataan jika Alger mencium pipinya, hanya bisa mempatung di tempatnya.
Demi Tuhan, untuk bergerak pun rasanya seluruh badan Dira tidak bisa. Semuanya terasa kaku dan juga terasa—tegang.
"Maaf." Ucap Alger saat Dira tidak kunjung juga menjawab permintaan maafnya tadi.Dan di detik selanjutnya, Dira tersadar karna ia mendengar sebuah tawa yang menggelegar di sebelahnya. Siapa lagi jika bukan Caca.
Sambil menahan malu, Dira berusaha untuk menegur Caca. "Ca." Dira memberi kode pada Caca agar diam, dan tidak menertawakannya.
"Hahaha sorry sorry duh. Ini ada meme lucu. Hahahaha." Ucap Caca berbohong. Tentu saja Caca menertawakan tingkah Dira. Bagaimana tidak, reaksi Dira saat Alger mencium pipi gadis itu sangat lah lucu dan menggemaskan. Wajah Dira merah menahan rona, dan juga matanya yang membulat besar. Haha, pokoknya benar-benar menggemaskan.
Dan yang paling membuat Caca tertawa adalah. ekspresi wajah Alger. Datar. Bayangkan saja, lelaki itu telah mencium seorang gadis tetapi ekspresi wajah lelaki itu tetap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Coba bayangkan oleh kalian, bagaimana ngakaknya melihat wajah Alger tadi itu.
Kini, Dira beralih menatap Alger sambil memohon dalam hati agar ia bisa mengontrol dirinya sebaik mungkin. "Ah—iya nggak pa-pa kok. Nggak sengaja ini." Dira tersenyum kecil. Dalam hatinya ia bersorak karena first kissnya direbut oleh Alger. Yah walaupun hanya di pipi, tapi setidaknya orang yang pertama kali mencium pipi Dira adalah Alger, tentu selain kedua orangtua dan Kakaknya.
"Iya." Jawab Alger singkat, dan Dira kembali mengangguk.
"Jadi, ini gimana caranya yang no 4?" Dira menghela nafasnya. Dira kira setelah insiden Alger 'tidak sengaja' mencium pipinya itu, Alger akan menjadi lebih sweet atau justru malah salah tingkah seperti Dira saat ini misalkan. Tapi ternyata tidak sama sekali. Dugaanya salah besar. Dan Alger tetap lah Algeraldi yang acuh.
***
"Gue heran, kok Alger nggak punya Instagram, Path, sama twitter ya?" tanya Dira yang kini tengah duduk dengan Caca di kantin pertama.
"Ya nggak tau."
"Atau gue tanya aja ke dia kenapa dia nggak pake sosmed itu?" ucap Dira sambil menatap Caca yang tengah memakan baksonya.
"Tanya aja kalo berani." Dira terdiam. Yah, ia lupa jika nyalinya sangat ciut jika berhadapan dengan Algeraldi. Tapi sedetik kemudian Dira tersenyum cerah, dan itu membuat Caca menaikan sebelah alisnya. "Kenapa?"
"Gue tanya lewat Line aja ya? Gue kan punya kontak dia."
"Punya? Dapet darimana kontaknya?" tanya Caca.
"Dari grup kelas lah." Caca mengangguk mengerti. Ah iya dia lupa jika ada grup kelas. "Tapi dia itu suka on nggak sih? Di grup kelas aja di jarang banget muncul."
"Bukan jarang, tapi emang nggak pernah."
"Huh, susah emang ya kalau punya suami cuek kaya gitu." Caca memutar bola matanya saat mendengar ucapan Dira. Temannya yang satu itu memang sudah gila jika menyangkut Alger. Aneh sekali, jika dibelakang Alger saja gadis itu bisa berkata blak-blakan tanpa tau malu. Tapi jika sudah ada Alger. Cih, jangankan untuk berbicara. Bergerak pun Dira akan seperti Oma-Oma yang encok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Algeraldi [Completed]
Teen FictionAlger story. Untuk menjadi pribadi yang supel itu susah, apalagi untuk orang yang sudah di anugrahi irit berbicara tetapi otak bekerja seperti Alger. Sedih, diem. Marah, diem. Seneng, diem. Sampe suka sama orangpun, dia diem. Pinginnya action, tap...